REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program gerakan olah tanah dan tanam kedelai di lahan eks galian pasir. Alhasil, galian pasir disulap menjadi lahan lahan kedelai yang cukup produktif.
Kegiatan ini dilakukan di Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jabar). Kegiatan sudah dilakukan sejak tahun 2018 lalu seluas 100 hektare (ha).
Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Ugi Sugiharto menjelaskan lahan marginal seperti lahan eks galian pasir bisa dimanfaatkan petani untuk menanam kedelai. Bahkan, kedelai yang ditanam di lahan eks galian pasir tersebut produktivitasnya bisa mencapai 1,2 ton hingga 1,3 ton/ha.
"Saat ini kami bersama lima kelompok tani di Desa Cibulan juga melakukan kegiatan olah tanah dan tanam kedelai di lahan eks galian pasir seluas 200 ha," kata Ugi Sugiharto di Kuningan, Rabu (28/8).
Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program gerakan olah tanah dan tanam kedelai di lahan eks galian pasir.
Ugi berharap gerakan olah tanah dan tanam kedelai di lahan eks galian pasir ini dapat dilakukan juga di desa-desa sekirat Kabupaten Kuningan. Pemerintah Desa Cibulan diharapkan bisa membantu pengembangan lahan eks galian pasir yang berada di desa lainnya. Sebab, menanam kedelai di lahan eks galian pasir bermanfaat untuk memulihkan lingkungan yang rusak.
"Galian pasir tak hanya ada di sini. Di beberapa daerah juga ada. Karena itu kami mengajak petani untuk mencintai lingkungan dengan memanfaatkan lahan marginal. Sebab, dengan cara tersebut petani tak hanya terlibat dalam perbaikan lingkungan yang rusak, tapi juga bisa meningkatkan produksi tanaman pangan dan menambah penghasilan," ucap dia.
Ugi menyebutkan adapun potensi lahan eks galian pasir di Desa Cibulan Kecamatan Cidahu seluas 500 ha. Apabila lahan tersebut semuanya bisa dimanfaatkan untuk tanam kedelai varietas Anjasmoro akan mensejahterakan petani.
"Substansinya kami ingin mengubah mindset petani supaya tak menjadi buruh tambang pasir. Karena itu, kami mengajak mereka untuk tanam kedelai," kata dia.
Ugi menekankan agar gerakan olah tanah dan tanam kedelai di lahan eks galian pasir bisa berjalan secara masif, Kementan melalui Ditjen Tanaman pangan juga memberi pendampingan dan batuan benih, pupuk organik,herbisida, pompa air, traktor roda 4 dan prasarana dan sarana produksi pertanian lainnya.
"Kalau di sini bisa ditanami kedelai 2 sampai 3 kali setahun. Karena ada sumber air dari eks galian pasir yang bisa kami pompa, sehingga kami masih bisa tanam kedelai di musim kemarau," kata dia.
Ketua Kelompok Tani Citaman Desa Cubulan, Kecamatan Cidahu, Tasirin mengatakan dirinya dan masyarakat lainnya sangat bangga bisa tanam kedelain di lahan eks galian pasir. Tahun lalu bersama empat kelompok tani lainnya tanam kedelai di lahan seluas 100 ha.
“Waktu itu kami tanam pertama pada Maret dan pada Mei sudah panen. Kemudian tanam lagi pada Juni dan pada September panen rata- rata 1,2 sampai 1,3 ton per hektare," katanya.
Tasirin menambahkan, pada Agustus ini dilakukan lagi penanaman yang diperkirakan pada November nanti bisa dipanen. Setelah tanam kedelai, petani mendapatkan keuntungan yang luar bisa memberikan pendapatan baru.
“Kalau kami hitung per 200 petak atau 1/4 hektare, hasilnya bisa Rp 2,5 juta. Ini dikerjakan hanya butuh waktu 3 bulan. Apabila setahun tanam tiga kali, kami bisa mendapat tambahan penghasilan sekitar Rp 7,5 juta," ucap dia.
Gerakan olah tanah dan tanam kedelai di lahan eks galian pasir tersebut dihadiri Wakil Bupati Kuningan H.Ridho Suganda, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan H.Dodi Nurochmatuddin dan Kepala Biro Umum dan Pengadaan Kementan, Maman Suherman.