Senin 26 Aug 2019 07:54 WIB

Kekeringan Diklaim tak Ganggu Produksi Jagung

Bulog juga masih memiliki simpanan jagung sebesar 19.500 ton.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Petani mengumpulkan jagung yang baru saja dipanennya di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (14/8/2019). Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung nasional di tahun 2019 sebesar 33 juta ton atau naik dibandingkan sebelumnya yang hanya 30 juta ton dan saat ini telah berada pada posisi surplus produksi.
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Petani mengumpulkan jagung yang baru saja dipanennya di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (14/8/2019). Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung nasional di tahun 2019 sebesar 33 juta ton atau naik dibandingkan sebelumnya yang hanya 30 juta ton dan saat ini telah berada pada posisi surplus produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) kembali menegaskan bencana kekeringan di sejumlah daerah tak mengganggu produksi jagung nasional. Saat ini, panen jagung tiap bulan diklaim masih berlangsung. 

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menyampaikan, di sejumlah daerah produksi jagung panennya berlangsung. Dia juga menegaskan bahwa tanaman jagung merupakan komoditas yang tak terlalu terpengaruh intensintas pasokan air. Pihaknya memastikan kebutuhan jagung nasional masih bisa tercukupi hingga akhir tahun ini. 

Baca Juga

"Sekitar 300 ribu-400 ribu hektare lahan (panen) saja per bulan sudah cukup itu untuk penuhi kebutuhan nasional. Jagung tuh aman terus," ujar Suwandi saat ditemui Republika.co.id, di Kementan, Ahad (25/8) malam. 

Hanya saja, dia belum dapat membuka data berapa jumlah panen jagung yang diklaim masih berlangsung itu. Terlebih, menurutnya, masih ada simpanan jagung Bulog sebesar 19.500 ton atau hampir 20 ribu ton guna mengamankan kebutuhan di musim-musim paceklik. Di samping produksi jagung masih tersedia di Bulog, pihaknya menjamin produksi jagung berangsur panen tiap bulan hingga masa panen rayanya di Oktober nanti. 

Sedangkan kebutuhan jagung nasional menurut dia terbagi menjadi beberapa kriteria, yakni sektor pakan ternak, industri makanan, dan kebutuhan rumah tangga. Namun kebutuhan terbesar jagung masih didominasi oleh sektor peternakan dan produsen pakan. 

"Terbesar memang kebutuhan itu di pakan ternak, sekitar 8 ton-9 ton per tahun kebutuhannya. Jadi untuk pakan ini, buruh 700 ribu-800 ribu ton per bulan," ujarnya. 

Untuk itu dia memastikan pada tahun ini kemungkinan rencana impor jagung tak dimungkinkan. Senada dengan hal tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa jika mengacu pada panen raya di Oktober nanti, kemungkinan impor tak akan terlaksana. 

"Jagung kita sudah produksi, (impor atau tidak) kita lihat perkembangannya. Tapi Oktober ini panen, aman," ujarnya. 

Dia menambahkan, produksi jagung nasional dinilai sudah berada dalam taraf yang baik. Indikasinya salah satunya adalah ekspor yang berlangsung sejak beberapa tahun belakangan ini. Berdasarkan catatannya, ekspor jagung tahun lalu justru lebih besar jumlahnya dibandingkan impor yang masuk. Tercatat, impor jagung pada 2018 berjumlah 100 ribu ton sedangkan ekspornya berjumlah 380 ribu ton. 

"Tahun ini kita sudah ekspor lagi 115 ribu ton, ke Filipina dan lain-lain," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement