Sabtu 17 Aug 2019 06:20 WIB

Ongkos Kirim Mahal Jadi Kendala Ekspor Produk UKM

Di dalam negeri, biaya logistik juga menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (20/10).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kendala yang kerap ditemui para eksportir produk usaha kecil menengah (UKM) dalam menjamah pasar global adalah mahalnya ongkos kirim (ongkir) ke negara tujuan. Sedangkan di dalam negeri, mahalnya biaya logistik menjadi salah satu yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Salah satu eksportir produk lokal dari perusahaan aplikasi Shopee, Vincent Saputra menilai, ongkos kirim (ongkir) masih mahal untuk menuju negara ekspor. Sedangkan hal sebaliknya, kata dia, banyak produk-produk impor di e-commerce berbiaya ongkir dengan cukup relatif.

Baca Juga

“Misalnya, ongkir dari sini ke Malaysia dan Singapura saja bisa Rp 50 ribu-Rp 100 ribu per kilogram (kg),” ujar Vincent saat ditemui Republika.co.id, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (16/8).

Untuk itu menurut Vincent, eksportir UKM perlu dengan jeli memahami peluang pasar di negara tujuan ekspornya dengan mempelajari biaya-biaya alternatif yang dapat dikurangi. Biaya-biaya tersebut seperti pengenaan pajak masuk maupun biaya administrasi lainnya.

“Dari segi tax dan biaya-biaya lainnya mungkin enggak ada, hanya ongkir saja itu yang masih mahal,” ujarnya.

Associate Vice President of Public Policy and Government Relations Bukalapak Bima Laga menyampaikan, kendala yang kerap terjadi dan dialami pelaku startup saat ini adalah mahalnya biaya logistik di tanah air. Padahal, kata dia, jika dibandingkan produk impor yang masuk dari Cina ke Indonesia masi terbilang murah.

Artinya, kata dia, pemerintah perlu menyiapkan skema logistik yang mumpuni guna menggenjot daya saing e-commerce lokal dan eksportir produk-produk UKM. Sedangkan menurut dia, saat ini di Bukalapak mayoritas produk yang ditawarkan masih didominasi produk lokal.

“Kita (produk) impor memang ada, tapi jumlahnya masih lebih banyak yang lokal. Dan memang kita fokus ke produk UKM lokal,” ujarnya.

Dia menyampaikan, untuk saat ini fokus pengembangan ekspor produk UKM di Bukalapak ditujukan ke lima negara antara lain Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Brunei Darusalam. Hanya saja selain tantangan pada beban logistik yang belum efisien, menurut dia, pembenahan kualiti kontrol juga perlu digencarkan.

Di sisi lain guna menggenjot ekspor produk UKM lokal, para pelaku e-commerce tengah mengkurasi produk-produk lokal apa saja yang dapat diekspor dan tidak melanggar ketentuan di negara tujuan ekspor. Menurut dia hingga saat ini sektor UKM lokal cukup berpeluang untuk melakukan penetrasi di kancah global meski terdapat sejumlah tantangan yang ada.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dody Edward mengatakan, saat ini pemerintah sudah memfasilitasi pelaku e-commerce dengan pemanfaatan tol laut guna menekan biaya logistik. Meski demikian dia mengakui, pemanfaatan tol laut masih membutuhkan perbaikan-perbaikan di sana sini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement