Rabu 14 Aug 2019 02:07 WIB

Mobil Esemka Didorong Pakai 70 Persen Komponen Dalam Negeri

Produsen komponen dalam negeri cukup beragam dan bisa dipakai untuk produksi Esemka

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah mobil pickup terparkir di halaman pabrik mobil Esemka di Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah mobil pickup terparkir di halaman pabrik mobil Esemka di Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengharapkan Mobil Esemka untuk memprioritaskan penggunaan komponen dalam negeri hingga 70 persen. Sejauh ini, pemerintah bersama produsen Mobil Esemka masih melakukan harmonisasi dari hulu ke hilir sebelum mobil produksi Indonesia itu diproduksi masal. 

Direktur Jenderal Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Harjanto, menyampaikan, Mobil Esemka sebagai mobil asli dari Indonesia sepantasnya tidak didominasi oleh komponen impor. Kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mesti diutamakan. 

Baca Juga

"Brand lokal yang baru seharusnya menggunakan komponen lokal. Dimulai dari engine sampai steering system. Kita perlu menunjukkan potensi dalam negeri," kata Harjanto di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (13/8). 

Menurut Kemenperin, produsen komponen dalam negeri sudah cukup beragam dan bisa dimanfaatkan untuk produksi massal Mobil Esemka. Komponen mesin, aksesoris mobil, dan komponen sistem kemudi sudah bisa diproduksi oleh produsen dalam negeri. 

Hanya saja ke depan, industri komponen otomotif perlu sentuhan teknologi yang lebih besar agar bisa menghasilkan produk terbaik dengan harga yang bersaing. Karenanya Harjanto berjanji akan menjembatani Mobil Esemka dengan para produsen komponen lokal. 

"Pokoknya kami mendorong peningkatan TKDN. Cuma memang kita harus perkuat komposisi kimia dan properti mekanik industri komponen supaya punya produk yang berkualitas," ujarnya.  

Hanya saja, menurut Harjanto, penggunaan komponen lokal tidak bisa utuh hingga 100 persen. Sebab, dalam bisnis industri kendaraan bermotor tetap harus mengedepankan prinsip efisiensi biaya produksi. 

Disaat terdapat komponen dari impor yang harganya lebih murah, lanjut dia, maka bisa digunakan agar harga produk jadi Mobil Esemka bisa kompetitif di pasar bebas. Prinsip tersebut juga dilakukan oleh seluruh produsen kendaraan bermotor di negara-negara dunia hingga industri pesawat terbang. 

Pihaknya mendorong agar Mobil Esemka yang diproduksi oleh PT Solo Manufaktur Kreasi bisa segera dipasarkan. Pemerintah telah memberikan banyak insentif fiskal untuk perpajakan dan dapat dimanfaatkan oleh produsen Mobil Esemka. Mobil Esemka akan mendapatkan insentif seperti mobil-mobil lainnya sehingga diharapkan bisa bersaing, setidaknya untuk pasar domestik. 

Berdasarkan catatan Kemenperin, kepemilikan mobil di Indonesia baru 83 unit per 1.000 orang. Sementara, di negara-negara pier, kepemilikan mobil sudah 400 per 1.000 orang. Hal itu menunjukkan potensi pasar yang besar bagi industri otomotif dalam negeri. 

"Kita berharap nantinya dengan harga yang kompetitif dan produksi dalam negeri ada kecintaan masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement