REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengkritik pengembangan pembangkit listrik berbahan bakar energi baru dan terbarukan yang masih lambat di Indonesia. Salah satunya, energi terbarukan yang berasal dari energi panas bumi atau geothermal yang hingga kini baru mencapai dua ribu megawatt. Padahal kata JK, Indonesia telah mengenal energi geothermal sejak 35 tahun lalu diawali pengoperasian PLTP Kamojang, Jawa Barat.
"Jadi bukan barang baru kita mengenal geothermal di Indonesia. Kebetulan 35 tahun kapasitas Kemojang berapa 35 MW juga, jadi tahun depan 35, 35 megawatt. Walaupun sudah 7 konvensi, kemajuannya lambat sekali," ujar JK saat hadir membuka The 7th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) di Jakarta Convention Centre, Selasa (13/8).
JK pun menyinggung banyaknya pameran maupun konvensi namun tidak berdampak kemajuan energi terbarukan yang signifikan. Menurut JK, daripada menggelar banyak konvensi, lebih baik mengejar percepatan energi panas bumi tersebut.
"Jadi kalau kita bisa mengatakan bahwa walaupun sudah tujuh konvensi Pak Ketua, ini kemajuannya lambat sekali. Tujuh kali bikin pameran, hasilnya baru 2000 megawatt," kata JK.
Tak hanya energi panas bumi, JK juga menilai pengembangan energi baru terbarukan lainnya masih lambat, termasuk tenaga air, angin maupun uap. Menurutnya, total energi baru terbarukan baru ada sekitar 8 ribu MW.
"Selama puluhan tahun energi terbarukan baru 8ribu megawatt itu termasuk PLTA, termasuk sebagiannya angin, tapi biotermal PLTU itu sudah lama sekali, PLTU sudah ratusan tahun," kata JK.
Dalam kesempatan itu, JK juga menyindir penandatanganan kontrak investasi energi panasbumi antara Geo Dipa Energi Persero dan Inti Karya Persada yang hanya berkapasitas 10 megawatt. JK berharap nilai investasi energi panas bumi bisa lebih besar lagi.
"Saya mengatakan minta maaf tadi, Dirutnya Pertamina Energi ya mbok kalau mau tandatangan perjanjian dibuka wapres dan menteri masa 10 MW 200 kek, dengan asing lagi. Kalau kerja sama dengan pengusaha lokal boleh lah ya, 10 mega pakai perjanjian diteken aduh kelewatan itu, tidak percaya diri," ujar JK.