REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Petroleum Association (IPA) menyatakan pemerintah harus terus mengembangkan eksplorasi minyak dan gas bumi (Migas) meski hasil yang didapatkan belum mampu mengejar defisit kebutuhan migas dalam waktu dekat. Menurut Nanang, melalui pengembangan eksplorasi, maka pemerintah telah meletakkan pondasi untuk mencapai program pengurangan impor migas.
"Untuk meningkatkan produksi migas, maka tidak ada hal lain selain melakukan eksplorasi dan Enhanced Oil Recovery (EOR)," Direktur IPA, Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Kamis (8/8).
Ia mengemukakan, pemerintah telah mencanangkan program untuk mengurangi impor migas pada 2025, sehingga upaya peningkatan produksi harus ditingkatkan. Saat ini, tambah dia, kondisi geologi Indonesia cukup atraktif karena masih banyak cadangan migas yang dapat dieksplorasi. Kendati demikian, upaya eksplorasi memerlukan investor bermodal besar dan keberanian, karena tingginya risiko.
"Disamping geologi Indonesia yang atraktif, diperlukan juga perbaikan iklim investasi yang lebih menarik, sehingga investor migas global tertarik masuk ke Indonesia," kata Nanang.
Ia menegaskan, investasi diperlukan untuk menemukan dan mengeksplorasi cadangan migas baru. Maka dari itu, kemudahan perizinan investasi harus dapat bersaing dengan negara tetangga.
"Investor itu tidak punya loyalitas. Ketika di tempat lain lebih atraktif baik secara geologis, teknikal, fiskal menjanjikan, itu yang akan diambil. Untuk itu, kita harus selalu meng-improve dari sisi aturan dan sebagainya agar investor tertarik," katanya.
Menurut Nanang, sejumlah investor global saat ini masih mempertimbangkan untuk masuk ke Indonesia karena terdapat beberapa regulasi yang dinilai kurang nyaman. "Investor ingin aturan perizinan satu payung dari pusat ke daerah, sehingga mereka fokus mencari minyak. Investor sering dihadapkan dengan aturan daerah yang berbeda," katanya.