Selasa 06 Aug 2019 09:00 WIB

IHSG Berpotensi Menguat di Saat Yuan Melemah

Pada perdagangan Senin (5/8) kemarin IHSG ditutup melemah ke posisi ke 6.175,703

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melalui ponsel pintar. ilustrasi
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Investor memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melalui ponsel pintar. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan menguat pada perdagangan hari ini. Sebelumnya IHSG ditutup melemah 164,47 poin atau 2,59 persen ke 6.175,703 pada perdagangan Senin (5/8).

Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, menilai pelemahan tersebut disebabkan aksi penyerangan balik China atas Amerika Serikat dengan membiarkan yuan melemah terendah dalam sejarah.

Baca Juga

"Kekecewaan Trump pada pernyataan the Fed yang ragu akan pemangkasan lanjutan beban pinjaman atau suku bunga menjadi korek pemicu pelemahan," ujar Lanjar, Selasa (6/8).

Penurunan yuan ini adalah yang terbesar sejak Agustus 2015, ketika para pejabat mengumumkan devaluasi mengejutkan yang mengguncang pasar global. Kerusuhan di Hong Kong yang kian melebar hingga melumpuhkan sistem transportasi, menutup pusat keuangan dan memperluas kerusuhan sosial menjadi pembakar lain.

Selain itu, pelemahan IHSG juga disebabkan dari turunnya ekuitas Asia secara signifikan 164.48 poin kelevel 6.175. Ini merupakan penuruan terbesar harian sejak September tahun lalu. Kekhawatiran investor pada ekuitas Indonesia menjadi faktor utama.

Sentimen negatif lainnya yaitu rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun 2 basis points menjadi 5,05 persen dari 5,07 persen secara year on year (yoy). Ditambah, ancaman matinya listrik secara bergiliran memberikan kekhawatiran tambahan disaat kebakaran melanda mayoritas ekuitas di dunia.

Meski demikian, Lanjar melihat potensi teknikal rebound terbuka cukup lebar melihat pada pola pelemahan sebelumnya. "Kami perkirakan IHSG membuka peluang rebound dengan support resistance di kisaran 6.100-6.245," tutur Lanjar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement