Kamis 25 Jul 2019 11:56 WIB

Tiga Prioritas BI dalam Mengendalikan Inflasi Tahun Ini

BI berupaya menjaga kestabilan tingkat inflasi di kisaran 3,5 persen pada tahun ini

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (25/7).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan, setidaknya ada tiga poin yang akan menjadi prioritas Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan inflasi. Poin tersebut adalah sinergi, adaptasi dalam inovasi dan membuka kerja sama perdagangan antar daerah.

Perry menuturkan, sinergitas sudah dilakukan oleh TPID dan TPIP selama lima tahun terakhir yang menjadi kunci dalam pengendalian inflasi. Dampaknya, inflasi mampu dikendalikan dalam tingkat rendah, yakni sekitar tiga hingga 3,5 persen.

Baca Juga

"Dulu pernah double digit, sekarang tidak," katanya dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (25/7).

Perry mengatakan, sinergitas ditunjukkan melalui program 4K. Yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif. Hanya saja, tim masih memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan sinergi dalam memperkuat infrastruktur, terutama terkait kelancaran distribusi pangan di luar Pulau Jawa.

Poin berikutnya yang menjadi prioritas adalah adaptasi dalam inovasi. Perry mengatakan, dalam pengendalian inflasi di berbagai daerah, sudah terjadi inovasi dalam penggunaan teknologi digital. Baik itu terkait produksi, distribusi maupun juga dalam pemasaran.

Inovasi penggunaan informasi dan teknologi (IT) di berbagai daerah diharapkan Perry dapat dilakukan tidak hanya oleh satu daerah. Provinsi maupun kabupaten/ kota lain dapat mereplikasi, sehingga bisa menjadi inovasi berskala nasional.

"Ini yang menjadi kunci eksekusi pengendalian inflasi ke depan," tuturnya.

Dengan inovasi di IT, Perry berharap, mata rantai yang terlalu panjang dari petani hingga konsumen dapat dipendekkan. Dengan begitu, manfaat nilai tambah akan lebih banyak dirasakan ke petani, tidak hanya pedagang ataupun masyarakat sebagai end user.

Poin ketiga, terbukanya ruang untuk inovasi dalam model bisnis kerja sama perdagangan antar daerah. Saat ini, Perry menilai, pedagang antar daerah sudah semakin tumbuh dan berpotensi untuk diperluas ke daerah lain. Caranya dengan mengoptimalkan lembaga ekonomi di pedesaan maupun badan usaha milik daerah (BUMD).

Melalui tiga hal tersebut, Perry optimistis, TPIP dan TPID akan semakin kokoh dalam menjaga kestabilan tingkat inflasi di kisaran 3,5 persen pada tahun ini dan tahun depan. "Juga dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat. Ini kontribusi pentingnya," ucapnya.

Rakornas Pengendalian Inflasi 2019 merupakan rakornas ke-10 yang dilakukan tim pengendali inflasi secara berturut-turut. Rakornas ini sebagai bentuk sinergi dan inovasi dalam pengendalian inflasi untuk penguatan ekonomi yang inklusif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement