REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sepanjang Oktober 2019 sebesar 0,02 persen. Berdasarkan realisasi tersebut, inflasi tahunan tercatat sebesar 3,13 persen atau masih dalam koridor 3,5 persen plus minus 1 persen.
Pada dua bulan terakhir ini, diyakini inflasi masih akan terjaga sesuai target. Kepala BPS Suhariyanto, mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan di 82 kota, sebanyak 43 kota mengalami inflasi. Dimana, inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,22 persen.
Adapun sisanya, sebanyak 39 kota mengalami deflasi. Suhariyanto mengatakan, deflasi tertinggi terjadi di Balikpapan yakni 0,69 persen.
"Sisa dua bulan lagi, dan target inflasi akan tercapai. Nanti yang perlu kita jaga posisi di Desember karena permintaan harga komoditas dan angkutan udara akan naik. Ini karena ada liburan dan persiapan tahun baru," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/11).
Lebih lanjut Suhariyanto memaparkan, kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yakni makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen. Subkelompok makanan mengalami inflasi 0,47 persen, subkelompok minuman tidak beralkohol 0,38 persen dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol 0,43 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi yaitu nasi dengan lauk, mie, es, rokok kretek filtir, dan rokok putih masing-masing sebesar 0,01 persen," kata dia.
Kelompok kedua yang mengalami inflasi tertinggi yakni kesehatan sebesar 0,30 persen. Suhariyanto mengatakan, subkelompok yang mengalami inflasi yaitu subkelompok jasa kesehatan 0,15 persen, subeklompok obat-obatan 0,71 persen, subeklompok jasa perawatan jasmani 0,12 persen serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika 0,29 persen.
Selanjutnya, diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Adapun kelompok yang mengalami deflasi yakni transportasi 0,08 persen dan bahan makanan yang tembus hingga 0,41 persen.
Suhariyanto mengatakan, khusus bahan makanan yang mengalami deflasi terbesar, terutama dipicu oleh deflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 3,63 persen dan subkelompok lemak dan minyak 0,03 persen. Dari segi komoditas, bahan makanan yang menyumbang deflasi yakni cabai merah sebesar 0,09 persen, telur ayam ras 0,03 persen, cabai rawit 0,02 persen, serta ikan segar, kentang, cabai hijau, hingga bawang putih masing-masing 0,01 persen.
Sebagai informasi, pada September lalu BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,27 persen pada Deflasi diakibatkan penurunan harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan. Penyebab utama karena turunnya harga cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, telor ayam ras.