REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, siap memroduksi secara massal varietas unggul baru (VUB) yang mengandung zinc cukup tinggi. Varietas ini, yakni Inpari IR Nutri Zinc, yang dirilis pada Januari 2019 lalu. Kandungan zinc atau Zn dalam varietas ini, rata-rata mencapai 29,54 ppm atau 23 persen lebih tinggi ketimbang varietas Ciherang.
Kepala BB Padi Sukamandi, Priatna Sasmita, mengatakan, latar belakang diluncurkannya varietas ini, yakni untuk menjawab permasalahan kesehatan yang saat ini sedang dihadapi hampir seluruh negara di dunia. Termasuk, Indonesia. Yakni, mengenai permasalahan kesehatan, stunting.
"Angka prevalensi kekurangan gizi, khususnya kandungan Zn di seluruh dunia, termasuk Indonesia masih tergolong tinggi," ujar Priatna, kepada Republika saat ditemuia di kebun percobaan BB Padi Pusakanagara, Rabu (12/6).
Prevalensi kekurangan gizi khususnya Zn di Indonesia, berkisar antara 10 sampai 90 persen. Tergantung dari kelompok demografi penduduk. Adapun, prevalensi kekurangan Zn pada anak di bawah lima tahun mencapai 31,6 persen.
Wilayah di Indonesia dengan prevalensi stunting cukup tinggi, seperti NTT, Sulawesi Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah. Bahkan, di Pulau Jawa, kasus ini juga sangat tinggi. Tak hanya itu, kasus stunting juga marak terjadi di wilayah perkotaan.
Karena itu, untuk menjawab permasalahan stunting, Kementan meneliti varietas padi yang mengandung kadar Zn tinggi sejak 2010.
Uji coba varietas ini telah dilakukan di berbagai wilayah. Seperti di Cirebon dan Sukamandi, Subang. Hasilnya, varietas ini cukup menggembirakan. Karena, varietas ini sangat mudah dibudidayakan dalam kondisi lingkungan apapun. Baik, dataran tinggi maupun rendah.
Lalu, umur tanamannya pendek. Tahan terhadap wereng, bakteri, tungro dan penyakit blas. Selain itu, tekstur nasinya pulen. Potensi hasilnya cukup tinggi, bisa mencapai 9,98 ton per hektare.
Namun, yang lebih penting lagi kandungan Zn-nya sangat tinggi. Yakni, potensi kandungan Zn mencapai 34,51 ppm. Atau dirata-ratakan bisa 29,54 ppm. Kandungan Zn dalam padi ini lebih tinggi dari jenis Ciherang. Karena itu banyak pihak sangat optimistis varietas ini bisa dimanfaatkan untuk mencegah stunting.
Akan tetapi, untuk mewujudkan Indonesia bebas stunting, penanganannya perlu lintas sektoral. Tidak bisa mengandalkan satu instansi, seperti dari Kementan dengan memasok bibit padi Nutri Zinc ini. Melainkan, perlu sinergitas antara Kementerian Kesehatan termasuk dengan Bappenas.
"Kalo kita, dari sisi bibit siap memroduksi secara massal. Tahun ini saja, kita akan siapkan satu ton bibit benih penjenis (breeder seed) varietas Inpari IR Nutri Zinc," ujarnya.
Satu ton bibit ini, lanjut Priatna, bisa menghasilkan benih dasar (foundation seed). Kemudian, menjadi benih pokok atau (stock seed). Baru, bisa dibudidayakan oleh petani melalui benih sebar atau extension seed (ES).
"Jadi, jangan khawtir kita siap memroduksi massal benih penjenis untuk varietas pencegah stunting ini," jelasnya.
Sementara itu, Pemulia varietas Inpari IR Nutri Zinc, Untung Susanto, mengatakan, mencegah stunting dengan mengkonsumsi beras mengandung zinc tinggi, jauh lebih baik ketimbang mengkonsumi suplemen. Mengingat, beras ini merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Jadi, semua masyarakat bisa menjangkau bahan pokok ini dengan mudah.
"Hari ini, kita mengundang penangkar-penangkar padi dari tujuh wilayah di Jabar. Salah satu tujuannya, untuk menyosialisasikan varietas unggul baru pencegah stunting ini," jelas Untung.