REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Harga bawang putih impor asal China diindikasikan akan mengalami kenaikan harga akibat perbedaan harga dari panen lama dengan panen baru yang berlangsung pada Juni ini. Kenaikan harga tersebut secara otomatis bakal mengerek lonjakan harga di pasar domestik.
Sebagaimana diketahui, sebesar 90 persen lebih kebutuhan bawang putih nasional masih dipasok impor, utamanya dari Cina. Importir bawang putih mandiri Haryanto membenarkan indikasi kenaikan harga tersebut.
Alasannya, harga bawang putih dari panen lama yang berlangsung dari bulan lalu berbeda dengan panen baru yang berlangsung pada bulan Juni ini di Cina.
“Kalau harga (bawang putih) panen lama itu 1.050 dolar AS per ton, yang panen baru 1.250 dolar AS per ton,” kata Haryanto saat dihubungi Republika, Ahad (9/6).
Dia menyebut, jika kenaikan harga diterapkan oleh Cina, maka secara otomatis para importir akan melakukan penyesuaian kenaikan harga sebab biaya modal bertambah. Haryanto menambahkan bahwa informasi mengenai kenaikan harga bawang putih sudah diinformasikan dan akan dicek kembali kepastiannya pada pekan ini.
Untuk bawang putih impor yang sudah masuk dari kuota impor sebesar 300 ribu ton, pihaknya belum memastikan apakah akan menaikkan harga atau tidak sebagaimana informasi yang diterimanya mengenai kenaikan harga dari Cina.
Hanya saja dia mengaku, 10 hari jelang lebaran harga bawang putih mengalami kenaikan sebab stok yang dimiliki importir sudah disalurkan ke pasar sehingga stok yang ada mulai menipis.
“Tapi setelah lebaran katanya barang bakal masuk lagi, ya mudah-mudahan harga bisa relatif terkendali,” kata dia.
Dia mengatakan, harga bawang putih di tingkat importir saat ini mencapai sekitar Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per kilogram (kg). Jika kisaran harga jual kepada pedagang tersebut dapat bertahan, dia memastikan harga bawang putih tidak akan mengalami fluktuasi dan mempengaruhi pasar.
Sementara itu Direktur Jenderal Tanaman Hortikulturan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengaku belum mengetahui informasi kenaikan harga bawang putih di Cina. Suwandi justru mempertanyakan bagaimana mungkin harga bawang putih dapat melonjak sebab Cina masih melangsungkan masa panen pada Juni ini.
“Saya belum dapat informasinya, tapi hitung-hitungan kenaikan itu bagaimana bisa? Cina sedang panen raya,” kata dia.
Sementara itu di ranah domestik, pihaknya masih berupaya menggenjot luas pertanaman benih bawang putih di kisaran 20-30 ribu hektare tahun ini. Rencananya, pertanaman benih tersebut dapat sukses menjadikan Indonesia swasembada bawang putih pada 2021 mendatang.
Adapun wilayah yang dilibatkan dalam program pertanaman benih meliputi 110 kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia.
Salah satu bandar bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Nur (44 tahun), mengaku sudah mendapatkan informasi mengenai rencana kenaikan harga dari importir. Kendati demikian dia mengaku belum mengetahui lebih jauh detail kenaikan harga bawang putih yang bakal ditetapkan nantinya.
“Katanya karena stok panen baru, jadi ada kenaikan,” kata Nur.
Namun dia memastikan, saat ini suplai dan harga bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati relatif stabil meski belum kembali ke kisaran harga normal. Di tingkat bandar, Nur menjual bawang putih banci di level Rp 27 ribu per kg, sedangkan untuk bawang putih kating dibanderol di level Rp 29 ribu per kg.
Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga bawang putih sedang pada 9 Juni 2019 berkisar Rp 31.750-Rp 60 ribu per kg. Dari acuan tersebut, rata-rata harga bawang putih yang masih mengalami lonjakan harga berada di wilayah Indonesia bagian timur antara lain Papua, Gorontalo, hingga Nusa Tenggara Timur.