REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS. Defisit tersebut berasal dari defisit neraca dagang migas yang mencapai 1,49 miliar dolar AS. Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan defisit itu terjadi karena produksi minyak diserap dalam negeri untuk kebutuhan Ramadhan dan Lebaran.
"Untuk Lebaran meningkat, tapi kita sudah upayakan untuk turun di neraca bulan ini," ujar Djoko di Kementerian ESDM, Rabu (15/5).
Djoko menjelaskan kebijakan menurunkan angka impor tersebut sudah dilakukan oleh pemerintah dan pertamina dengan membeli minyak mentah langsung dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Apalagi, untuk pasokan solar dan avtur produksi minyak dalam negeri dimaksimalkan untuk diolah menjadi solar.
Hal tersebut sudah terlihat pada dua pekan pertama bulan ini yang menunjukkan bahwa angka impor 0,75 miliar dolar AS. Sebelumnya, impor mencapai 1,49 miliar dolar AS.
"Kita kan impornya juga turun. Solar dan avtur turun, crude juga turun impornya," ujar Djoko.
Terkait turunnya ekspor, Djoko enggan menitikberatkan persoalan tersebut pada tak tercapainya lifting minyak. Ekspor minyak turun menurutnya lantaran produksi minyak dalam negeri semua dimaksimalkan untuk kebutuhan dalam negeri.
"Ekspor kurang karena kita serap semua untuk kebutuhan dalam negeri. Di satu sisi juga kami mau optimalkan penggunaan gas dalam negeri jadi ya ekspornya berkurang," ujar Djoko.
Meski begitu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya mencatat bahwa lifting migas pada kuartal pertama tahun 2019 memang tidak mencapai target. Hal ini dikarenakan adanya decline rate yang lebih tinggi dari perkiraan awal pada akhir 2018.
SKK Migas mencatat pencapaian lifting migas sebesar 1,814 juta barrel of oil equivalent per day (boepd) selama Kuartal I 2019 atau 94,6 persen dari target APBN 2019 sebesar 2,205 ribu boepd.
Khusus untuk lifting minyak dan kondensat sebesar 745.000 barrel oil per day (bopd) atau 96.1 persen dari target APBN 2019 sebesar 775.000 bopd. Di sisi lain, lifting gas bumi sebesar 1,069 juta boepd atau 93,8 persen dari target APBN 2019 sebesar 1,25 juta boepd.