Senin 13 May 2019 14:05 WIB

Ibu Kota Pindah, Bagaimana Geliat Ekonomi Jakarta Nanti?

Pemerintah menargetkan pada 2024 ibu kota negara sudah dipindah dari Jakarta

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Ibukota Pindah
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Ibukota Pindah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan aktivitas pemindahan pemerintahan bisa dimulai pada 2024 mendatang, baik secara bertahap atau sekaligus. Meski yang dipindah adalah pemerintahannya, namun kemudian timbul pertanyaan tentang nasib geliat ekonomi di Jakarta. Apakah ekonomi Jakarta tetap tumbuh tinggi?

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan, Jakarta akan tetap menjadi kota pusat bisnis level nasional, meski pemerintah pusat 'bedol desa' ke lokasi baru. Jika diibaratkan Amerika Serikat, ujar Bambang, maka Jakarta akan berperan seperti New York dan ibu kota baru nanti akan berperan selayaknya Washington DC.

Baca Juga

"Saya katakan Jakarta tidak akan terganggu sama sekali dengan pemindahan ini," kata Bambang dalam diskusi di Kantor Staf Presiden, Senin (13/5).

Bambang menambahkan, imbas pemindahan ibu kota tidak akan berpengaruh banyak terhadap geliat ekonomi Jakarta. Menurutnya, kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta dari aktivitas pemerintahan hanya sekitar 20 persen. Sisanya, sebanyak 80 persen disumbang oleh swasta.

"Jadi pemerintahan Provinsi Jakarta tetap di Jakarta. Itu hanya pemerintahan pusat yang pindah dari Jakarta. Jadi intinya, pertumbuhan ekonomi Jakarta akan tetap digerakkan oleh sektor swasta," kata Bambang.

Ditilik dari jumlah penduduk yang bergeser pun, angkanya tak signifikan. Diperkirakan sekitar 1 juta penduduk Jakarta yang akan pindah ke ibu kota baru. Angka ini terdiri dari PNS dan pegawai di lingkaran eksekutif, legislatif, dan yudikatif sebanyak 200 ribu orang, serta TNI-Polri sebanyak 25 ribu orang.

Dari angka tersebut, diasumsikan satu pegawai memiliki 4 anggota keluarga, sehingga total penduduk 800 ribu jiwa. Kemudian ditambah lagi 300 ribu orang pelaku bisnis.

"Dan penduduk yang pindah katakan hanya 1 juta dari 10,3 juta warga saat ini. Dengan Jabodetabek itu hampir 25 juta orang, itu yang akan membuat pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap tinggi," kata Bambang.

Dengan tugas tunggal Jakarta sebagai pusat bisnis, Bambang berharap wilayah ini bisa berkembang lebih pesat melampaui Kuala Lumpur di Malaysia atau Bangkok di Thailand.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement