Kamis 02 May 2019 16:42 WIB

Bawang Putih Jadi Pendorong Utama Inflasi Jatim

Tingginya permintaan bawang putih tidak diimbangi dengan pasokan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolanda
Impor bawang putih.
Foto: Republika
Impor bawang putih.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat, berdasarkan pemantauan terhadap perubahan harga selama April 2019 di 8 kota IHK Jawa Timur menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,41 persen, yaitu dari 134,24 menjadi 134,80.

"Inflasi April 2019 lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2018. Pada April 2018 hanya mengalami inflasi sebesar 0,18 persen," kata Kepala BPS Jatim Teguh Pramono di kantornya, Jalan Kendangsari Surabaya, Kamis (2/5).

Baca Juga

Teguh menjabarkan, Pada April 2019, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 1,50 persen. Kemudian diikuti kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,40 persen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,19 persen; kelompok Kesehatan sebesar 0,19 persen; dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,04 persen.

"Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Sandang sebesar 0,14 persen dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,002 persen," ujar Teguh.

Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi pada April 2019 di Jatim ialah bawang putih, bawang merah, dan tomat sayur. Tingginya permintaan bawang putih, tidak dapat diimbangi oleh pasokan yang cukup di pasaran. Ini embuat harga bawang putih mengalami peningkatan, dan menjadi komoditas utama pendorong inflasi.

Teguh melanjutkan, bawang merah juga mengalami kenaikan yang disebabkan karena saat ini sedang di luar masa panen. Sementara itu, faktor cuaca yang sering terjadi hujan menyebabkan harga tomat sayur turut mengalami kenaikan.

"Pada musim hujan, banyak petani yang mengalami gagal panen sehingga harga tomat sayur menjadi melambung tinggi," kata Teguh.

Teguh menambahkan, beberapa komoditas yang menjadi penghambat terjadinya inflasi pada April 2019 di Jatim adalah beras, daging ayam ras, dan tarif listrik. Seperti bulan sebelumnya, beras masih menjadi komoditas utama penghambat inflasi. Pada April, harga beras masih mengalami penurunan.

"Komoditas lain yang mengalami penurunan harga adalah daging ayam ras. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pasokan sementara permintaan tidak terlalu banyak. Per 1 Maret 2019, tarif listrik mengalami penurunan untuk pelanggan Rumah Tangga Mampu golongan R-I 900 VA. Hal ini membuat tarif listrik menjadi salah satu komoditas yang menahan laju inflasi April 2019," kata Teguh.

Teguh mengungkapkan, penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK di Jawa Timur selama April 2019, seluruh kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jember, yaitu mencapai 0,45 persen. Kemudian diikuti Malang dan Surabaya sebesar 0,44 persen, Madiun sebesar 0,41 persen, Sumenep sebesar 0,37 persen, Kediri sebesar 0,36 persen, Probolinggo sebesar 0,19 persen, dan Banyuwangi sebesar 0,15 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement