Rabu 22 Oct 2025 16:27 WIB

LPEM UI Soroti Kondisi Ekonomi di Tahun Pertama Prabowo-Gibran

Pakar memandang tekanan inflasi dan pasar tenaga kerja belum menunjukkan perbaikan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah mahasiswa menggelar aksi demonstrasi dalam rangka memperingati satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Senin (20/10/2025). Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan sejumlah tuntutan terkait program prioritas pemerintah yang dinilai belum menjawab kebutuhan rakyat. Mulai dari program makan bergizi gratis hingga reformasi pendidikan yang dianggap masih gagal memenuhi harapan masyarakat.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah mahasiswa menggelar aksi demonstrasi dalam rangka memperingati satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Senin (20/10/2025). Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan sejumlah tuntutan terkait program prioritas pemerintah yang dinilai belum menjawab kebutuhan rakyat. Mulai dari program makan bergizi gratis hingga reformasi pendidikan yang dianggap masih gagal memenuhi harapan masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) menyoroti kondisi ekonomi Indonesia dalam satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran. Dalam survei terbaru LPEM FEB UI, sebagian besar ahli, yakni 30 dari 64 responden (47 persen), menilai kondisi ekonomi saat ini memburuk dan jauh lebih buruk dibandingkan kuartal sebelumnya, sementara 24 ahli berpendapat kondisinya tidak mengalami perubahan.

“Sebagian kecil, yaitu delapan ahli (12,5 persen), menilai kondisi ekonomi lebih baik. Hanya dua ahli yang menilai jauh lebih buruk, dan tidak ada satu pun yang menilai jauh lebih baik,” bunyi laporan LPEM Economic Experts Survey Semester II 2025, Rabu (22/10/2025).

Baca Juga

Secara keseluruhan, rata-rata penilaian terhadap kondisi ekonomi saat ini adalah –0,41 dengan tingkat keyakinan yang sangat tinggi sebesar 8,88. Temuan ini menunjukkan kekhawatiran yang berkelanjutan di kalangan para ahli terhadap keadaan perekonomian.

“Skor rata-rata –0,41 (skala –2 hingga +2), dengan tingkat keyakinan 8,88, menunjukkan kekhawatiran berlanjut terhadap perekonomian,” lanjut laporan tersebut.

Hasil ini sejalan dengan survei sebelumnya pada Maret 2025, di mana sebagian besar ahli (55 persen) menilai kondisi ekonomi saat itu juga telah memburuk. LPEM FEB UI juga mengungkapkan 39 persen pakar menilai tekanan inflasi lebih tinggi dari sebelumnya, 45 persen bersikap netral, dan sisanya menilai lebih rendah.

“Dari sisi pasar tenaga kerja, sebanyak 58 persen pakar menilai kondisi pasar tenaga kerja memburuk atau jauh lebih buruk dibanding tiga bulan lalu. Skor rata-rata –0,69 menunjukkan terbatasnya peluang kerja dan hanya sedikit perbaikan dari survei sebelumnya (–0,86).”

Mayoritas pakar, sekitar 45 persen, juga menilai kondisi usaha lebih buruk dibanding sebelumnya, dan hanya 13 persen yang menilai membaik. Atas kondisi tersebut, hanya 23 persen pakar yang optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi tiga bulan ke depan, sedangkan 38 persen memproyeksikan stagnasi dan 36 persen memperkirakan perlambatan.

Sebanyak 56 persen pakar memperkirakan tekanan inflasi akan lebih tinggi dalam tiga bulan ke depan. Sementara itu, 39 persen pakar memperkirakan pasar tenaga kerja stagnan, 36 persen menyebut akan memburuk, dan hanya 14 persen yang memproyeksikan perbaikan.

“Lingkungan usaha masih tidak pasti. Sebanyak 45 persen pakar memprediksi lingkungan usaha tidak berubah, 33 persen menilai memburuk, dan hanya 16 persen menilai membaik,” sambung laporan tersebut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement