Senin 29 Apr 2019 15:46 WIB

XL Axiata Siapkan Capex Rp 7,5 Triliun Tahun Ini

XL sedang gencar mempersiapkan infrastruktur untuk jaringan 5G.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini (tengah) dalam Paparan Publik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan XL Axiata di kantornya, Jakarta, Senin (29/4).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini (tengah) dalam Paparan Publik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan XL Axiata di kantornya, Jakarta, Senin (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 7,5 triliun pada tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 10 persen dibanding dengan tahun lalu, Rp 6,8 triliun. Sumber pendanaan capex bersumberkan dari kas internal dan penerbitan surat utang.

Direktur Teknologi XL Axiata Yessie Dianty Yosetya menjelaskan, belanja akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur di luar Jawa dan fiberisasi di Jawa untuk persiapan implementasi teknologi 5G. "Sekitar 50 persen dari belanja modal akan digunakan untuk fiberisasi, pondasi untuk 5G," ucapnya dalam Paparan Publik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan XL Axiata di kantornya, Jakarta, Senin (29/4).

Baca Juga

Persentase tersebut merupakan paling besar dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya yang tidak pernah mencapai 40 persen dari capex. Biasanya, perseroan lebih banyak mengalokasikan anggaran pembangunan jaringan untuk membangun infrastruktur radio seperti base transceiver station.

Kenaikan persentase dikarenakan terjadi perubahan pola konsumsi internet, sehingga XL Axiata mulai fokus menghadirkan pengalaman internet lebih baik melalui pembangunan jaringan serat optik.

Yessi mengatakan, perseroan sedang gencar mempersiapkan infrastruktur untuk jaringan 5G dengan memperpanjang jaringan fiber optic. Baik itu serat optik yang langsung terhubung ke situs jaringan maupun ke jaringan backbone dan persiapan untuk upstreaming internet. Hal ini dilakukan sembari menantikan kebijakan frekuensi dari pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Selain itu, Yessi menambahkan, jaringan 5G akan menggunakan frekuensi tinggi, sehingga untuk jarak antara menara menjadi lebih pendek. Oleh karena itu, ia menilai, peran serta para pemerintah daerah menjadi sangat penting untuk memudahkan proses pembangunan ini. "Keterlibatan pemda terkait infrastruktur dibutuhkan untuk implementasi 5G," ucapnya.

Selain mengembangkan pondasi 5G, perseroan juga fokus meningkatkan cakupan jaringan 4G. Sekitar 30 hingga 35 persen dari belanja modal akan dialokasikan untuk fiberisasi atau ekspansi fiber optik.

Menurut laporan keuangan XL Axiata yang tertulis dalam IDX.co.id, perusahaan dengan kode saham EXCL tersebut membukukan pendapatan Rp 22,9 triliun pada 2018. Pencapaian tersebut tumbuh 0,28 persen dibanding dengan 2017.

Di sisi bottom line, pada 2018, perseroan mencatatkan rugi bersih Rp 3,3 triliun. Angka ini turun signifikan dibanding dengan tahun 2017, di mana XL Axiata membukukan laba bersih Rp 375,24 miliar. Kerugian tersebut dikarenakan depresiasi penonaktifan jaringan 2G.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement