Kamis 25 Apr 2019 17:09 WIB

Segmen Korporasi Dorong Pertumbuhan Aset Bank BTPN

Setelah merger, Bank BTPN melayani segmen korporasi berskala besar di Indonesia.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana (kanan) memberikan keterangan pers kinerja Bank BTPN kuartal I 2019 di Jakarta, Kamis (25/4).
Foto: Budi Raharjo
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana (kanan) memberikan keterangan pers kinerja Bank BTPN kuartal I 2019 di Jakarta, Kamis (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BTPN Tbk membukukan kinerja positif pada kuartal I 2019. Bank hasil penggabungan usaha (merger) antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) ini mencatatkan kenaikan nilai aset, memiliki permodalan yang solid, dan mulai melayani segmen bisnis yang lebih luas.

Hingga akhir Maret 2019, aset Bank BTPN mencapai Rp 192,2 triliun, meningkat 101 persen dibandingkan posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy) senilai Rp 95,8 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit tercatat Rp 139,84 triliun, tumbuh 114 persen pada kurun waktu yang sama.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan nilai aset dan kredit ini merupakan gabungan dari neraca Bank BTPN dan SMBCI, terhitung sejak efektif merger pada 1 Februari 2019. "Selama kuartal I 2019, entitas baru hasil merger ini sejatinya bekerja efektif hanya dua bulan, yakni Februari dan Maret," ujar dia, dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (25/4).

Meski relatif singkat, ujar Ongki, roda organisasi tetap bekerja optimal sehingga dapat mempertahankan laju pertumbuhan. Hal ini menunjukkan penggabungan usaha berlangsung lancar dan sesuai ekspektasi. "Ini belum mencerminkan kondisi sesungguhnya," kata dia melanjutkan.

Pertumbuhan kredit Bank BTPN pada kuartal ini banyak ditopang segmen korporasi, usaha kecil dan menengah (small medium enterprises/SME), pembiayaan konsumen, dan pembiayaan prasejahtera produktif (productive poor) melalui anak usaha, BTPN Syariah. "Kinerja baik, ada pertumbuhan meski dalam tahap awal konsolidasi. Karena setelah merger, integrasi yang didahulukan," kata Ongki.

Setelah merger, Ongki mengatakan, Bank BTPN melayani segmen korporasi berskala besar di Indonesia, seperti badan usaha milik negara (BUMN), perusahaan multinasional, konglomerasi lokal Indonesia, dan perusahaan Jepang. Pembiayaan korporasi antara lain mengalir ke proyek infrastruktur dan industri pendukung yang sejalan dengan program pembangunan yang dicanangkan pemerintah Indonesia.

Sebelum merger, segmen korporasi dikelola oleh SMBCI. Setelah penggabungan usaha, portofolio ini dicatatkan ke dalam neraca Bank BTPN. "Apabila dibandingkan dengan posisi tahun lalu, pembiayaan korporasi tumbuh 12 persen, dari Rp 64,3 triliun menjadi Rp 71,9 triliun (yoy),” ucap Ongki.

Ongki menjelaskan, segmen korporasi masih memiliki ruang yang sangat besar untuk bertumbuh. Optimisme ini sejalan dengan agenda besar pemerintah dalam menggalakkan infrastruktur demi mewujudkan pembangunan dan pemerataan di bidang ekonomi. “Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), pemegang saham pengendali kami, memiliki keyakinan kuat terhadap masa depan ekonomi negeri ini.  Dengan melaksanakan merger, SMBC ingin berkontribusi lebih besar lagi,” katanya.

Sementara itu, kredit ke sektor SME tumbuh 13 persen menjadi Rp 13,5 triliun. Pembiayaan productive poor meningkat 20 persen menjadi Rp 7,5 triliun, dan pembiayaan konsumen melonjak 106 persen menjadi Rp 6,11 triliun.

Adapun kredit pensiun mengalami kontraksi dua persen menjadi Rp 37,7 triliun. “Ke depan, kami berencana mengembangkan segmen komersial dan memperkuat retail banking. Produk dan layanan kami nantinya akan semakin lengkap,” ujar Ongki menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement