Rabu 24 Apr 2019 23:18 WIB

Usai Pemilu, Kredit Perbankan Diperkirakan Melambat

Pada tahun 2019, kredit dan DPK diperkirakan tumbuh 12 persen dan 8,5 persen.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Bank Perkreditan Rakyat ( ilustrasi )
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Bank Perkreditan Rakyat ( ilustrasi )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut tren pertumbuhan kredit diperkirakan akan sedikit melambat usai Pemilu 2019.

"Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi masih dapat berlanjut, meski lajunya diperkirakan sedikit melambat di tengah keterbatasan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan periode Pemilu yang berdampak pada permintaan kredit korporasi," ujar Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Doddy Ariefianto, dalam laporan Indikator Likuiditas LPS, Rabu (24/4).

Baca Juga

Sementara itu, pertumbuhan DPK diyakini akan tumbuh lebih baik sebagai efek dari siklus kredit serta potensi perbaikan arus dana asing dan belanja pemerintah. Ekspansi di sisi moneter dan fiskal dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan DPK ke level yang lebih tinggi.

"Pada tahun 2019, kredit dan DPK diperkirakan tumbuh 12 persen dan 8,5 persen," kata Doddy.

Berdasarkan data LPS, kredit perbankan pada Januari 2019 tumbuh 11,97 persen y/y, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,39 persen. Gap pertumbuhan kredit dan DPK yang cukup tinggi di awal tahun berdampak pada LDR perbankan yang bertahan di level 93,23 persen.

Gap pertumbuhan ini meningkatkan risiko likuiditas pada beberapa kelompok bank akibat kompetisi bunga. Pertumbuhan kredit pada awal tahun ini masih dominan disumbangkan oleh kredit investasi dan modal kerja, memanfaatkan momentum siklus investasi sebelum Pemilu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement