Selasa 16 Apr 2019 18:59 WIB

Pilpres di Depan Mata, Istana Minta Investor tak Cemas

Indonesia memiliki kematangan demokrasi yang terbukti dalam pilkada serentak.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko di Ballrom Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu (19/1).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko di Ballrom Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta investor dan pengusaha di Indonesia tidak mengkhawatirkan pesta demokrasi yang akan berlangsung Rabu (16/4). Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki kematangan dan pengalaman dalam menjalankan sistem demokrasi. Ia pun menjamin bahwa pemilu pada 17 April 2019 akan berjalan lancar tanpa gejolak yang berarti dan berimbas pada roda perekonomian nasional. 

"Saya tegaskan bahwa tidak perlu ditakutkan oleh siapapun apalagi para investor terhadap pesta demokrasi. Saya sampaikan, kita memiliki pengalaman dan kematangan demokrasi. Terbukti dari 171 pilkada serentak," jelas Moeldoko di Kompleks Istana Negara, Selasa (16/4).

Baca Juga

Demi meyakinkan investor dan pengusaha terkait keamanan pemilu di dalam negeri, Moeldoko memberi contoh berjalannya pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu. Saat itu, ujarnya, pesta demokrasi terlihat seolah akan terjadi kekacauan akibat polarisasi masyarakat yang terlalu kontras. Namun kenyataannya, situasi tetap kondusif dan perekonomian nasional berjalan baik.

"Situasi ini ramai di medsos namun kalau saya masuk kampung ke dalam, mereka juga tidak terlalu pusing. Yang dipikirkan hanya nyoblos dan selesai. Ini riak-riak kuat yang terjadi di kelompok tertentu," jelas Moeldoko. 

Sebagai perbandingan, hasil survei Katadata Investor Confidence Index (KICI) pada yang dirilis awal 2019 memang menunjukkan bahwa kalangan investor lebih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global. Sebaliknya, para investor tidak terlalu khawatir dengan risiko keadaan politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilres) pada 17 April.

Saat itu Panel Ahli KIC Damhuri Nasution menjelaskan bahwa investor menilai dampak perang dagang dan normalisasi kebijakan moneter saat ini menjadi hal yang paling dikhawatirkan terkait kepastian investasi mereka. Investor yang dimaksud dalam survei ini adalah manajer investasi, asuransi dan dana pensiun.

Dari hasil survei tersebut, dia memaparkan kekhawatiran investor terhadap perkembangan ekonomi global mencapai 40,1 persen. Sementara itu, kekhawatiran lainnya terhadap risiko pasar modal faktor keamanan dalam negeri 20,3 persen, politik dalam negeri 25,6 persen, dan geopolitik internasional 9,9 persen.

Kondisi perekonomian dalam negeri menjadi persentase terendah terkait risiko yang mempengaruhi kondisi pasar modal yaitu hanya 4,1 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement