Selasa 02 Apr 2019 17:52 WIB

Cadangan Migas Tipis, Bisnis Migas Perlu Ekstra Waspada

Pengusaha migas kini banyak merambah ke sektor lain.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan keterangan pers capaian kinerja Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan keterangan pers capaian kinerja Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat (4/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minimnya cadangan minyak dan gas (migas) saat ini membuat pemerintah mendorong bisnis sektor ini melakukan langkah ekspansi. Sayangnya, bagi pengusaha migas, saat ini perlu ekstra waspada untuk bisa melakukan ekspansi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menjelaskan saat ini belum ada lagi penemuan cadangan migas yang besar. Terakhir cadangan minyak hanya ditemukan di Lapangan Banyuurip, Blok Cepu. Selain itu, perusahaan lokal seperti Pertamina terakhir menemukan cadangan besar sudah puluhan tahun lalu di Lapangan Jatibarang.

Baca Juga

"Tidak ada lagi yang besar, Pertamina cadangan, lalu eksploitasi kapan terakhir? (Tahun) 1967 Sumur Jati Barang. Yang besar besar sekarang ini paling bertahan cuma 15 tahun lagi," ujar Jonan di Soehanna Hall, Selasa (2/4).

Jonan merinci, beberapa penemuan besar yang saat ini sedang dikembangkan pun perlu waktu untuk bisa sampai pada tahap produksi. Proyek tersebut seperti IDD, Blok Masela dan penemuan Repsol yang baru saja diumumkan awal Maret kemarin.

"IDD besar, produksi paling 600-800 MMSCFD. Masela juga lebih besar lagi, Repsol juga besar tuh. Medco nemu apa? Pertamina nemu apa? Tidak ada penemuan besar," kata Jonan.

Geliat tersebut juga diakui oleh Presiden Direktur Medco Energy, Hilmi Panigoro. Hilmi menjelaskan saat ini hampir semua perusahaan migas sedang merumuskan strategi jangka panjang tentang ekspansi ini. Namun, tak ditampik oleh Hilmi, selain bisnis migas, perusahaan juga banyak merambah ke sektor lain karena melihat sektor miigas tak akan bertahan lama.

"Jadi memang bukan Medco saja, tetapi semua perusahaan migas adalah bagaimana strategi jangka panjang. Suka atau enggak maka ini kan kita lagi transisi energi. Migas masih agresif, tapi berapa lama? kita harus waspada," ujar Hilmi.

Ia pun menjelaskan ekspansi tetap akan dilakukan perusahaan untuk bisa mempertahankan eksistensi. Hanya saja, tak sedikit perusahaan lain juga melakukan strategi dengan melakukan penguatan pilar di sektor lain.

"Itulah sebabnya, strategi yang kita pilih, kita ambil pilar lain. Kita ambil tambang, copper dan gold dan kita juga besarkan pilar ketiga, power generation. Energi final itu kan listrik. Bisa generate apa saja, listrik harus sampai. Itu energi finalnya. Itu strategi jangka panjang," ujar Hilmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement