Selasa 02 Apr 2019 17:03 WIB

GMF Sasar Pasar Baru Lewat Kerja Sama Perawatan Airbus

Saat Airbus menjual pesawat mereka, terdapat paket yang menawarkan perawatan oleh GMF

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Direktur Bisnis dan Operasi GMF Tazar Marta Kurniawan, serta Vive President Customer Services Airbus Asia Pacific Bruno Bousquet saat menandatangani kerjasama di kantor GMF, kompleks Bandara Innternasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (2/4).
Foto: Republika/Imas Damayanti
Direktur Bisnis dan Operasi GMF Tazar Marta Kurniawan, serta Vive President Customer Services Airbus Asia Pacific Bruno Bousquet saat menandatangani kerjasama di kantor GMF, kompleks Bandara Innternasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Bisnis dan Base Operation PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tazar Marta Kurniawan mengatakan, dengan berlakunya kerja sama antara GMF dengan Airbus, terdapat potensi penggarapan pasar baru melalui pembeli pesawat-pesawat produksi Airbus dunia. Diketahui dalam kerja sama tersebut, GMF dipercaya melayani perawatan komponen pesawat Airbus jenis A320 dan A330.

Pihaknya mengaku akan membicarakan potensi pasar yang akan digarap itu bersama Airbus. “Jadi pada saat ada pelanggan mereka membeli pesawat baru, akan sekalian kita tawarkan,” katanya, Selasa (2/4). 

Untuk tahap awal, dia melanjutkan, ketika Airbus melakukan penjualan pesawat kepada pelanggan mereka, maka pihak Airbus diharapkan dapat menawarkan perawatan paket yang mana di dalamnya terdapat paket perawatan dari GMF. Tazar menjelaskan, pihaknya akan beriringan dengan Airbus saat melakukan penawaran perawatan yang dilakukan. 

Kendati demikian pihaknya menjabarkan, GMF juga sudah memiliki pelanggan tersendiri yang tersebar dari sejumlah wilayah. Sehingga dengan adanya penekenan kerja sama antara GMF dengan Airbus di bidang perawatan komponen, kedua pelanggan dari dua perusahaan tersebut dapat dipadukan guna memberikan kontribusi volume yang lebih kompetitif bagi GMF. 

“Airbus punya beberapa partner juga, nanti dia akan pilih di mana yang most efficient untuk komponen tertentu,” katanya. 

Sehingga, kata dia, hal itu tidak menutup kemungkinan untuk menjangkau pasar seluas-luasnya dan tidak hanya mencakup Asia Pasifik semata. Sementara itu terkait dengan perbandingan keuntungan biaya perawatan dengan negara-negara tetangga Indonesia seperti Malaysia dan Singapura, pihaknya mengklaim potensi Indonesia jauh lebih kompetitif.

Alasannya, pertumbuhan dunia penerbangan Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sementara untuk Singapura, kata dia, mereka unggul karena sudah lebih dulu menerapkan dan menawarkan sistem perawatan penerbangannya. Meski begitu dia menilai, dalam dunia perawatan komponen pesawat ada kalanya berjalan berdampingan dan membutuhkan kolaborasi semua pihak. 

“Pada saat terjadi perawatan besar, mereka juga butuh komponen agar bisa diperbaiki di sini,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement