Jumat 15 Mar 2019 21:00 WIB

Ekspor Turun, Ekonom: Pemerintah Perlu Buka Pasar Baru

Kinerja ekspor pada Februari 2019 mengalami penurunan sebesar 10,03 persen.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Gita Amanda
Ekspor (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Institute for Develooment of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, menilai pemerintah perlu melakukan perluasan pasar ke negara-negara alternatif serta melakukan diferensiasi produk ekspor guna mendongkrak kinerja ekspor mendatang. Seperti diketahui, kinerja ekspor pada Februari 2019 mengalami penurunan sebesar 10,03 persen dari bulan lalu.

Dia menjelaskan, pemerintah perlu memperluas pasar dengan menjalin kerja sama bilateral maupun insentif logistik karena jarak yang relatif jauh antarnegara tujuan ekspor yang ditargetkan. Perluasan pasar itu dinilai penting guna mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia ke negara-negara yang telah lama menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. 

Baca Juga

“Contohnya minyak kelapa sawit diekspor ke Rusia, butuh spesifikasi khusus agar minyak itu tidak membeku di suhu dingin,” kata Bhima saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (15/3).

Dia menilai, adanya pelemahan ekonomi global khususnya yang dialami Cina dan Amerika Serikat sangat berpengaruh terhadap capaian neraca dagang Indonesia, termasuk kinerja ekspornya. Hal itu, kata dia, sudah terlihat sejak semester kedua tahun lalu.

Menurutnya, kondisi tersebut dapat memperburuk kinerja ekspor karena pengaruh harga komoditas internasional yang juga menurun. Bhima memprediksi, defisit neraca perdagangan bisa kembali melebar dan memperburuk defisit transaksi berjalan sehingga tetap di atas 2,5-2,9 persen tahun ini bila pemerintah lamban memperbaiki kinerja ekspornya.

“Imbas lainnya, kurs rupiah juga bisa tertekan,” kata Bhima.

Dia menambahkan, pemerintah perlu melirik produk lain yang memiliki prospek meyakinkan untuk meningkatkan ekspor. Produk tersebut berupa life style export misalnya kopi dan vanila. Terlebih, kata dia, perkembangan bisnis kafe secara global masih sangat menarik khususnya di kalangan milenial.

Bhima mencontohkan, di Amerika Serikat tingkat konsumsi kopi cukup tinggi. Untuk itu dia menyarankan kepada pemerintah untuk fokus meningkatkan kualitas ekspor kopi Indonesia agar dapat bersaing dengan produk kopi asal Brazil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement