Ahad 03 Mar 2019 11:01 WIB

Harga Tiket Pesawat Diprediksi Terus Mahal

Maskapai dinilai tidak dapat menyediakan tiket murah karena kinerjanya memburuk.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nur Aini
Dampak Tiket Pesawat Mahal: Pesawat berada di apron Lombok International Airport (LIA) di Praya, Lombok Tengah, NTB, Jumat (22/2/2019).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Dampak Tiket Pesawat Mahal: Pesawat berada di apron Lombok International Airport (LIA) di Praya, Lombok Tengah, NTB, Jumat (22/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Harga tiket pesawat untuk destinasi domestik diprediksi masih akan mahal. Pengamat Penerbangan, Arista Atmadjati, mengatakan, kondisi tersebut akan berlangsung dalam waktu yang panjang.

Arista menuturkan, saat ini, penurunan harga tiket hanya berlaku untuk destinasi dan jam-jam tertentu. Selain itu, harga tiket akan lebih rendah disediakan ketika permintaan tengah menurun. Meski begitu, kata Arista, penurunan harga tiket tidak sebesar saat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga

“Pola seperti ini akan dipakai terus. Tinggal tergantung maskapai, ketika jam sepi dia akan turunkan,” kata Arista saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/3).

Menurut pengamatan Arista, pola tersebut sudah berlangsung kurun waktu Januari hingga awal Maret ini. Tepatnya, pasca-Indonesia National Air Carriers menyatakan komitmennya pada 13 Januari 2019 untuk mulai menurunkan harga tiket antara 20-40 persen.

Hanya saja, pada kenyataannya, maskapai tak lagi dapat menyediakan tiket dengan harga terjangkau seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurut Arista, itu dikarenakan maskapai penerbangan tengah memperbaiki kinerja keuangan yang memburuk sejak empat tahun terakhir.

Akibat kerugian yang terus diderita maskapai, mau tak mau, harga tiket ditarik ke tarif batas atas. Hal itu diperbolehkan asalkan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri.

“Ini kerugian yang terakumulasi tiga, empat tahun terakhir. Itu sebabnya pola untuk turunkan harga tiket tidak seperti dulu. Kalau tidak begitu, akan banyak yang bangkrut,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dampak dari harga yang masih tetap tinggi itu akan membuat penumpang pesawat beralih, khususnya bagi masyarakat di wilayah Pulau Jawa. Sebab, layanan Kereta Api jarak jauh dan tersedianya Tol Trans Jawa masih dipandang lebih murah meski harus memakan waktu lebih lama.

“Saya sudah prediksi ini sejak lama. Pasti pesawat akan kena dampaknya,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement