REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, produktivitas tenaga kerja dalam negeri masih menjadi permasalahan dan tantangan besar di sektor industri. Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani menyebutkan tingkat produktivitas masih rendah dan jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Di sisi lain, pemerintah terus menaikkan upah buruh.
Rosan mengatakan ada beberapa poin yang diharapkan oleh pengusaha terhadap pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusia (SDM) ini. Di antaranya melalui insentif fiskal yang mampu mendorong swasta terlibat aktif dalam pendidikan vokasi dan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang).
"Oleh karena itu, kami sangat menunggu super tax deduction," ujarnya ketika ditemui dalam Kadin Entrepreneurship Forum di Jakarta, Rabu (27/2).
Apabila insentif dapat dikeluarkan, Rosan optimistis, para pengusaha dapat semakin terpacu untuk meningkatkan keterlibatan dalam pendidikan vokasi dan litbang. Sebab, mereka akan sangat terbantu melalui potongan pajak penghasilan (PPh) yang berkisar antara 200 sampai 300 persen ini.
Jika produktivitas SDM dibiarkan terus tidak produktif, daya saing Indonesia di pasar global dicemaskan dapat turun termasuk dalam sektor ekonomi digital. Padahal, pasar tersebut dapat mencapai 150 miliar dolar AS dan valuasi pasar ekonomi di ASEAN menyentuh angka 240 miliar dolar AS.
Dengan angka itu, Rosan menambahkan, Indonesia berpotensi besar menjadi pemimpin sektor di tingkat ASEAN. Tapi, guna mencapai ke titik tersebut, produktivitas dan daya saing SDM harus diperhatikan.