Jumat 15 Feb 2019 12:16 WIB

Komoditas Nonmigas Masih Bisa Digenjot Untuk Ekspor

Sektor nonmigas yang bisa digenjot produk ekspornya adalah bahan makanan dan minuman.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Neraca perdagangan
Foto: Republika
Neraca perdagangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat meski neraca perdagangan masih kerap mengalami defisit. Namun, beberapa sektor komoditas nonmigas masih bisa menjadi peluang pendongkrak ekspor. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk bisa meningkatkan ekspor juga sudah cukup banyak. Kecuk menilai, meski sudah ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan, tetapi untuk bisa mendorong ekspor perlu adanya perbaikan izin agar memudahkan pengusaha melakukan kegiatan ekonominya. Juga persoalan insentif yang perlu ditingkatkan untuk mendorong industri melakukan kegiatan ekspor-impor.

Baca Juga

"Untuk menggenjot ekspor ada beberapa hal yang ditempuh supaya lebih kompetitif itu dilakukan berbagai perbaikan peraturan perizinan, kemudian diberi insentif untuk industri industri yang berorientasi ekspor dan tujuan utamanya adalah untuk diversifikasi prodak," ujar Kecuk di Kantor BPS, Jumat (15/2).

Kecuk merinci sektor nonmigas yang bisa digenjot produk ekspornya adalah bahan makanan dan minuman. Ia melihat potensinya lebih besar dibandingkan sektor lain karena produknya bervariasi.

"Secara keragaman sangat banyak. Hal ini juga menjadi potensi baru. Kiatnya tinggal meningkatkan branding dan kreatifitas," ujar Kecuk.

Selain bahan makanan, kata dia, sektor produksi kulit juga sangat berpotensi meningkatkan ekspor. Ia mengatakan produk kulit yang bisa diproduksi dalam negeri sangat beragam dan memberi nilai tambah.

"Selain nilai tambahnya juga banyak, produknya juga sudah bisa menyasar sektor lain dan bisa menjadi bahan baku pendukung," ujar Kecuk.

BPS mencatat total ekspor pada Januari kemarin sebesar 13,87 miliar dolar AS. Sedangkan, ekspor pada periode yang sama tahun lalu sebesar 14,55 miliar dolar AS. Meski mengalami defisit, total impor pada Januari kemarin mengalami penurunan sebesar 2,19 persen dibandingkan Desember 2018.

"Karena ekspornya turun, meski impor juga turun. Tapi nilai turunnya besar, maka neraca perdagangan Januari 2019 mengalami defisit 1,16 miliar dolar," tutup Kecuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement