Selasa 18 Mar 2025 05:24 WIB

Impor Tekstil dari China Turun, Industri TPT Mulai Menggeliat Kembali?

Impor TPT secara keseluruhan mencapai 606,8 juta dolar AS.

Pekerja mengoperasikan mesin untuk memproduksi pakaian rajut di Sentra Rajut Binong Jati, Bandung, Jawa Barat, Senin (6/1/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Pekerja mengoperasikan mesin untuk memproduksi pakaian rajut di Sentra Rajut Binong Jati, Bandung, Jawa Barat, Senin (6/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut impor tekstil dan produk tekstil (TPT) dari China ke Indonesia mengalami penurunan sebesar 141,1 juta dolar AS secara bulanan.

"Secara month to month, penurunan terbesar berasal dari China sebesar 141,1 juta dolar AS atau 36,60 persen dibanding Januari 2025," ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin (17/3/2025).

Baca Juga

Amalia mengatakan, impor TPT secara keseluruhan mencapai 606,8 juta dolar AS atau turun 20,74 persen pada Februari 2025.

Sementara itu, ekspor TPT terbesar pada Februari 2025 ke negara Amerika Serikat dengan nilai 17,4 juta dolar AS atau naik 4,13 persen dibandikan dengan Januari 2025. Total ekspor TPT pada Februari 2025 mencapai 1,02 miliar dolar AS.

BPS juga mencatat Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar 1,57 miliar dolar AS. Hal itu terdiri antara lain atas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar 291,1 juta dolar AS, pakaian dan aksesorisnya (rajutan) sebesar 215,0 juta dolar AS dan alas kaki sebesar 207,7 juta dolar AS.

Diumumkan terpisah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, adanya lonjakan investasi di sektor tekstil, pakaian jadi dan alas kaki domestik, dengan pertumbuhan industri tersebut masing-masing yakni 0,09 persen, 5,78 persen, dan 6,83 persen pada tahun lalu.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Rizky Aditya Wijaya menyampaikan lonjakan realisasi investasi sektor tersebut dapat dilihat dari data investasi pada tahun 2023 yang hanya sebesar Rp 29,92 triliun, sedangkan pada tahun 2024 melambung 31,1 persen menjadi Rp 39,21 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement