Jumat 15 Feb 2019 11:32 WIB

BPS: Impor Avtur 2018 Turun

Secara nilai, impor avtur naik karena tahun lalu harga avtur tinggi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Petugas mengisi avtur untuk penerbangan keberangkatan haji di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padangpariaman, Sumatera Barat, Selasa (17/7).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Petugas mengisi avtur untuk penerbangan keberangkatan haji di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padangpariaman, Sumatera Barat, Selasa (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik mencatat impor avtur pada 2018 lalu mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017. Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono menjelaskan volume total impor avtur pada 2018 kemarin sebesar 1,22 juta ton.

Anggoro menjelaskan pada 2017 volume impor avtur mencapai 1,54 juta ton. Sayangnya, meski secara volume menurun, tetapi secara nilai tidak mengalami penurunan. Sebab, harga avtur pada tahun lalu mengalami kenaikan harga.

"Trennya secara volume memang turun. Tapi nilainya naik. Hal ini karena harga minyak mentahnya naik," ujar Anggoro di Kantor BPS, Jumat (15/2).

Anggoro merinci pada 2017 kemarin nilai impor avtur mencapai 825,3 juta dolar. Sedangkan di 2018 kemarin secara volume mencapai 861,1 juta dolar.

Pada 2018, impor avtur terbesar terjadi pada Juni yaitu sebesar 135 ribu ton. Sedangkan impor terendah terjadi pada Oktober yaitu sebesar 71 ribu ton.

"Ini tidak berkorelasi dengan pariwisata. Karena di tahun lalu juga pariwisatanya naik. Mungkin ada suatu kebijakan (yang menyebabkan impor avtur turun di 2018), tapi kita (BPS) tidak tahu. Mungkin bisa dikonfirmasi ke teman-teman di Pertamina," ujar Anggoro.

BPS mencatat tren impor avtur 10 tahun terakhir yaitu pada 2008 sebanyak 145,8 ton, 2009 sebanyak 21 ribu ton, 2010 sebanyak 223 ribu ton, 2011 sebanyak 984 ton, 2012 sebanyak 1 ton, 2013 sebanyak 2,1 ton, 2014 sebanyak 4,2 ton, 2015 sebanyak 201 ribu ton, 2016 sebanyak 888 ribu ton, 2017 sebanyak 1,54 juta ton dan 2018 sebanyak 1,22 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement