REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen baja PT Krakatau Steel (Persero) akan meningkatkan ekspor ke Malaysia dan Australia,. Hal itu karena Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sukses membebaskan perseroan dari pengenaan Anti Dumping Duty atas produk Hot Rolled Coil (HRC) di Negara Jiran.
"Dengan ini kami akan meningkatkan ekspor ke Malaysia karena mereka customer setia Krakatau Steel dari dulu. Dan dijaman saya dorong lagi supaya ikut meningkatkan ekspor nasional," kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim lewat keterangan resmi di Jakarta, Jumat (8/2).
Perseroan memperkirakan bahwa kebutuhan baja di Malaysia mencapai 9,4 juta per tahun. Silmy memetakan bahwa ekspor baja akan berkisar 400 ribu hingga 500 ribu ton di Malaysia pada 2019.
Sehingga untuk tahun ini, ekspor Perseroan diperkirakan naik dua kali lipat dibanding 2018. "Nilai ekspor total kami targetkan akan berjumlah sekitar 200 juta dolar AS atau kurang lebih 10 persen dari total penjualan," jelasnya. Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo menambahkan bahwa Australia juga tidak memperpanjang Anti Dumping Duty untuk produk baja Indonesia sejak akhir Desember 2018.
Dengan terbukanya peluang tersebut, ekspor Perseroan tidak hanya mengincar pasar ASEAN tapi juga Australia.
"Jadi baik ke Malaysia maupun Australia ekspor HRC dan Hot Rolled Plate (HRP) dari Krakatau Steel direncanakan meningkat," kata Purwono. Purwono juga menjelaskan secara keseluruhan jumlah ekspor ke Australia memang tidak sebesar di Malaysia. Ditargetkan bahwa Perseroan akan suplai 5.000 ton per kuartal ke Australia.
Selain Anti Dumping Duty ini, Januari lalu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pembatasan impor baja lewat Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 110 tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya.
Peraturan ini mulai berlaku pada 20 Januari 2019 dan diharapkan dapat memberikan peluang pertumbuhan bagi industri baja nasional karena penggunaan baja impor akan dibatasi dan lebih mengutamakan penggunaan baja lokal.
"Kami optimis bahwa tahun ini Krakatau Steel dapat menaikan penjualan dan produksi baja sebesar 20 persen hingga 30 persen dibanding 2018," tambah Purwono.