Ahad 03 Feb 2019 19:06 WIB

Ujicoba B-50 Mampu Tempuh Medan-Jakarta

Mesin lebih responsif menggunakan bahan bakar B-50.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Ahli Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Dibyo Pranowo (baju putih), memegang kemiri sunan yang akan diolah sebagai biodiesel, Rabu (16/1).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Ahli Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Dibyo Pranowo (baju putih), memegang kemiri sunan yang akan diolah sebagai biodiesel, Rabu (16/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) melaksanakan uji coba penggunaan biodiesel 50 persen (B50) pada dua mobil bermesin diesel. Kedua mobil tersebut sukses menempuh perjalanan dari Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (25/1) dan tiba di Jakarta, Senin (28/1) lalu.

Setelah menerabas jalur lintas timur Sumatera selama tiga hari, mobil dengan jenis dan merek sama tersebut tiba di ibu kota tanpa hambatan.

"Alhamdulillah lancar, mobil tidak mengalami hambatan apapun. Tapi saya tegaskan bahwa ini adalah hasil sementara," ujar Ketua Tim Road Test Biodiesel B50 PPKS Muhammad Ansori Nasution melalui keterangan tertulis, Ahad (3/2).

Menurut lulusan Tsukuba University Japan ini, penggunaan B50 dan B20 menghasilkan data konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang berbeda. Selain itu, hasil dyno test menunjukkan bahwa power mobil yang menggunakan B50, empat persen lebih rendah dibanding pada mobil yang menggunakan B20.

Data tersebut, kata Ansori, merupakan data sementara berdasar perjalanan sepanjang 2.300 kilometer (km) dari Medan ke Jakarta.

"Data lebih lengkap akan saya laporkan setelah kedua kendaraan menempuh perjalanan kembali dari Jakarta ke Medan," kata Peneliti Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan PPKS ini.

Ia menjelaskan, Road Test B50 menggunakan dua kendaraan uji merk Toyota Innova diesel keluaran tahun 2018. Mobil kontrol menggunakan bahan bakar diesel komersil yang diperoleh dari SPBU Pertamina, Odometer sebelum pengujian menunjukkan angka 3.855 km.

Sementara itu, mobil uji menggunakan bahan bakar dengan komposisi bauran biodiesel sejumlah 50 persen (B50). Odometer sebelum pengujian menunjukkan angka 74 km. Sebelum road test dimulai, kedua mobil diperlakukan sama.

Untuk menghindari bias terkait dengan gaya mengemudi, dalam uji coba ini pengemudi pada kendaraan pertama dan kedua saling bertukar posisi kemudi setiap 500 km.

"Berdasarkan pengakuan kedua driver, mobil yang menggunakan B50 lebih responsif. Tapi pengakuan ini tidak terukur," kata Ansori.

Sedangkan, berdasarkan konsumsi bahan bakar, mobil uji yang menggunakan B50 sedikit lebih boros jika dibandingkan mobil kontrol yang menggunakan B20. Jika mobil kontrol dalam satu liter bahan bakar bisa menempuh perjalanan sejauh 10,86 km, mobil uji hanya 10,61 km.

"Namun dari rata-rata emisi gas buang mobil uji lebih ramah lingkungan ketimbang mobil kontrol," katanya.

Direktur PPKS Hasril Hasan Siregar mengatakan, salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah biodiesel. Produk ini dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif terutama untuk mesin diesel.

"Biodiesel ialah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak beracun dan dibuat dari minyak nabati," tegas Hasril.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement