Selasa 29 Jan 2019 03:16 WIB

Atasi Harga Anjlok, Kementan Dorong Petani Lakukan Efisiensi

Efisiensi dilakukan dengan penggunaan benih unggul yang berasal dari biji.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Petani membersihkan bawang merah hasil panen di Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (06/11/2018). Petani mengeluhkan anjloknya harga bawang merah yang mencapai Rp12 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp17 ribu per kilogram.
Foto: Dedhez Anggara/Antara
Petani membersihkan bawang merah hasil panen di Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (06/11/2018). Petani mengeluhkan anjloknya harga bawang merah yang mencapai Rp12 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp17 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga sejumlah komoditas di beberapa daerah mengalami penurunan termasuk bawang merah. Harga bawang merah yang kini berada di angka Rp 10 ribu per kilogram (kg).

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, pihaknya telah berupaya melakukan berbagai hal untuk mengantisipasi anjloknya harga komoditas pangan terutama efisiensi. Dengan melakukan efisiensi, petani diharapkan masih bisa mendapatkan keuntungan.

"Kalau efisien walaupun harga jual minimal masih di atas break even point (BEP)," katanya saat dihubungi, Senin (28/1).

Efisiensi bisa dilakukan dengan penggunaan benih unggul bawang merah yang berasal dari biji. Dengan penggunaan biji, petani bisa menghemat 63 persen dibanding dengan penggunaan umbi sebagai benihnya.

"Kalau pakai umbi itu biayanya Rp 40-45 juta per hektare, kalau biji Rp 10 juta-Rp 15 juta saja," ujarnya. Efisiensi ini bisa ditingkatkan dengan penggunaan pupuk organik buatan sendiri hingga pestisida hayati.

Sebenarnya, ia melanjutkan, Kementan telah memiliki 10 cara ampuh dalam mengatur pasokan dan menjaga harga stabil. "Mulai dari hulu sampai hilir kalau itu diikuti semua Insya Allah selamat," kata dia. 

Selain penggunaan benih dari biji, penggunaan pupuk dan pestisida alami, cara lainnya adalah dengan menyeimbangkan pasokan dengan ekstensifikasi kawasan di luar Jawa, mengintensifkan teknologi pada sentra di Jawa dan peningkatan kapasitas petani di luar Jawa agar pasokan flat tiap bulannya.

Petani juga harus mengatur pola tanam antar waktu dan antar wilayah sementara melakukan penajaman manajemen dengan petani champion. Selanjutnya adalah hilirisasi produk baik secara rumah tangga maupun menjalin kemitraan dengan industri. Termasuk, memanfaatkan teknologi penyimpanan sehingga lebih awet dan tahan lama.

Ia menambahkan, petani harus mengikuti pasar lelang agar mendapat harga tertinggi. "Jurus ke-10, ya diekspor. Hampir sama untuk seluruh sayuran, prinsipnya itu," kata dia.

Terkait ekspor, tahun ini pihaknya menargetkan angka yang lebih tinggi meski belum bisa menyebut berapa target ekspor bawang merah yang akan dilakukan. Namun yang jelas, kata dia, kondisi bawang merah maupun komoditas lainnya dalam kurun waktu dua tahun tercatat baik.

Hal tersebut terlihat dari harga pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang stabil dengan pasokan mencukupi. "Tinggal mempertahankan, kita dorong ekspornya," kata dia. Guna meningkatkan ekspor, petani dituntut meningkatkan produktivitas dan kualitas sekaligus melakukan efisiensi.

Ia menambahkan, bawang merah yang mampu menembus pasar ekspor memiliki ciri berbentuk bulat dengan diameter tiga hingga lima sentimeter dan berwarna merah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement