Senin 21 Jan 2019 16:39 WIB

Chevron Penyumbang Limbah Pertambangan Terbesar di Indonesia

Limbah yang dihasilkan Chevron ini berasal dari kegiatan operasional di Blok Rokan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Fasilitas minyak PT Chevron Pacific Indonesia di daerah Minas yang masuk dalam Blok Rokan di Riau, Rabu (1/8).
Foto: Antara/FB Anggoro
Fasilitas minyak PT Chevron Pacific Indonesia di daerah Minas yang masuk dalam Blok Rokan di Riau, Rabu (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) sepanjang 2018 tercatat menjadi penyumbang limbah beracun terbesar di sektor migas di Indonesia. Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Adhi Wibowo merinci sepanjang 2018 ada 10 kontraktor kontra kerja sama (KKKS) migas yang memang menghasilkan limbah tersebut, salah satunya CPI.

Adhi menjelaskan di Blok Rokan, CPI menghasilkan limbah tanah terkontaminasi sebesar 27.275 ton. Tak hanya itu, CPI dalam proses penambangannya juga menghasilkan limbah sisa operasi sebesar 3.515 ton.

Baca Juga

"Tapi kenapa Chveron paling banyak karena memang lapangan yang dimiliki oleh Chevron kan besar besar dan banyak. Jadi ya itu karena luasan wilayah operasi juga," ujar Adhi di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (21/1).

Adhi merinci jumlah sumur yang beroperasi di Blok Rokan juga banyak mencapai lebih dari 18 ribu sumur. Dari limbah yang dihasilkan tersebut kata Adhi menelan pembiayaan limbah sebesar 3,2 juta dolar AS untuk memperbaiki limbah tanah terkontaminasi dan 1,4 juta dolar AS untuk menangani limbah sisa operasi.

Ditempat yang sama, Senior Vice President Policy, Government and Public Affrairs Chevron Wahyu Budianto mengatakan sudah berupaya agar limbah tersebut dikelola dengan baik. “Kami punya pengolahan limbah. Jadi limbah operasi itu seperti bekas-bekas oli semua kami proses,” ujar dia.

Selain Chevron, ada sembilan KKKS lainnya yang juga berkontribusi besar terhadap pembuangan limbah. Pertama, PT Pertamina EP yang menghasilkan tanah terkontaminasi sebanyak 1.992 ton, sisa operasi 1.283 ton dan sisa produksi 15.182 ton.

Kedua, PetroChina Internasional Jabung Ltd yang menghasilkan 1.647 ribu tanah terkontaminasi, sisa operasi 148 ton, dan sisa produksi 3.158 ton. Ketiga, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), untuk limbah tanah terkontaminasinya nihil, sementara limbah sisa operasinya 239 ton, dan sisa produksi 13.252 ton.

Keempat, Medco E&P Natuna menghasilkan 0,2 ton untuk tanah terkontaminasi, sisa operasi 181 ton, dan sisa produksi 71,9 ton. Kelima, PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga untuk limbah tanah terkontaminasi nihil, tapi limbah sisa operasinya sebesar 121,8 ton, dan limbah sisa produksinya 1.362 ton.

Keenam, ConocoPhilips (Grissik) Ltd untuk tanah terkontaminasi sebesar 19 ton, sisa operasi sebesar 237 ton, dan sisa produksi 13 ton. Ketujuh, Pertamina Hulu Energi OSES Ltd untuk tanah terkontaminasi nihil, namun limbah sisa operasi sebesar 152,50 ton, dan untuk limbah sisa produksi nihil.

Kedelapan, ExxonMobil Cepu Ltd untuk tanah terkontaminasi mencapai 3,31 ton, limbah sisa operasi sebesar 102,9 ton, dan limbah sisa produksi 88,6 ton. Kesembilan, Pertamina Hulu Energi ONWJ untuk tanah terkontaminasi nihil, untuk limbah sisa operasi 99,4 ton, dan limbah sisa produksi mencapai 1,2 ton.

Kementerian ESDM memetakan limbah-limbah tersebut dimanfaatkan untuk pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan nilai tambah. Di antaranya, untuk bahan bakar anternatif, bahan material alternatif, dan menjadi area penimbunan (landfill).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement