REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Migas (SKK Migas) mengejar target produksi satu juta barel per hari. Untuk bisa mencapai hal tersebut, SKK Migas menerapkan empat strategi jangka panjang untuk mengejar produksi.
Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto menjelaskan keempat strategi tersebut mengedepankan strategi eksplorasi yang masif dan intensif. Kedua, mendorong dan mengkampanyekan penerapan enhanced oil recovery (EOR) di lapangan mature.
"Selain eksplorasi dan EOR, strategi lainnya dengan mengakselerasi monetisasi proyek-proyek utama, sehingga mempercepat potensi sumberdaya menjadi lifting," ujar Dwi di Kantor SKK Migas, Kamis (24/10).
Dwi juga menjelaskan strategi terakhir dalam menahan penurunan produksi alami serta mendorong peningkatan produksi adalah dengan menjaga keandalan fasilitas produksi, maksimalisasi kegiatan kerja ulang dan perawatan sumur, reaktivasi sumur tidak berproduksi (idle), dan inovasi teknologi.
Ia juga menjelaskan peningkatan kapasitas nasional yang dilakukan hulu migas bukan hanya dengan mendukung kebutuhan energi, tetapi juga dengan melakukan efisiensi biaya dan efek berganda (multiplier effect) yang mendukung perekonomian daerah dan nasional. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN di industri hulu migas hingga awal Oktober 2019 telah mencapai angka 55 persen dari target 50 persen di tahun 2019.
“SKK Migas terus mengedepankan efisiensi di industri hulu migas, baik dengan kolaborasi kerja sama strategis dengan Pertamina dan Garuda Indonesia, maupun dengan pecepatan proses tender,” ucap Dwi.