REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 1 juta hektare dan merehabilitasi sekitar 3 juta hektare pada periode 2015-2019. Target ini untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang menjadi bagian Nawa Cita Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.
"Pembangunan bendungan akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya atau disebut irigasi premium. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata dimana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau Bendung Copong.
Saat peninjauan, Basuki menyaksikan masih banyak sampah yang masuk ke badan sungai dan menumpuk di Bendung Copong. Basuki kemudian mengimbau masyarakat terus meningkatkan budaya buang sampah pada tempatnya, tidak ke sungai.
Bendung Copong merupakan bagian dari Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong yang tengah ditangani oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung - Ditjen Sumber Daya Air dengan luas 5.313 hektar yang berada di 11 Kecamatan di Kabupaten Garut. Pengembangan DI Leuwigoong dilakukan karena terjadi kerusakan saluran yang mengakibatkan tingginya kehilangan air, pendangkalan pada saluran irigasi, dan kerusakan pada bangunan-bangunan air serta beberapa pintu yang tidak dapat dioperasikan.
Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Happy Mulya mengatakan, rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi DI Leuwigoong dilakukan secara bertahap. Pada 2010-2014 dilakukan pembangunan Bendung Copong di Kabupaten Garut yang berfungsi untuk menaikkan dan mempertahankan tinggi muka air Sungai Cimanuk sehingga bisa dialirkan ke saluran irigasi hingga musim kemarau. Biaya pembangunannya sebesar Rp 136,3 miliar.
Pada 2013-2018, Kementerian PUPR melanjutkan dengan pembangunan saluran primer sepanjang 15 Km dan rehabilitasi/peningkatan saluran primer sepanjang 3 Km. Kemudian pembangunan irigasi sekunder baru sepanjang 30 Km dan rehabilitasi/peningkatan 69,5 Km. Selain itu juga dibangun 518 bangunan irigasi baru dan rehabilitasi/peningkatan 176 bangunan. Total biaya pembangunan sebesar Rp 495 miliar.
“Kami akan melanjutkan pembangunan saluran tersiernya yang ditargetkan selesai dalam dua tahun (2019-2020). Pada 2019 sudah dianggarkan dana sebesar Rp 13 miliar dari kebutuhan seluruhnya sebesar Rp 77 miliar. Dengan adanya jaringan irigasi yang handal dapat meningkatkan indeks pertanaman petani dari 176% sekarang, menjadi 250%. Artinya bisa tanam padi 2 kali dan 1 kali palawija,” kata Happy.
Dengan demikian, Kabupaten Garut memantapkan kontribusinya sebagai lumbung pangan di Jawa Barat. Sebelum adanya irigasi teknis, petani masih menggunakan irigasi sederhana dan tadah hujan.
Daerah Irigasi Leuwigoong seluas 5.313 ha terdiri dari 11 (sebelas) irigasi teknis yaitu Ciojar (73 ha), Cibuyutan Utara (531 ha), Situ Bagendit (409 ha), Citikey (528 ha), Cermot (107 ha), Citameng II (82 ha), Citameng III (91 ha), Citameng IV (498 ha), Cipacing (593 ha), Cibuyut (89 ha), Situhiang (70 ha) dan sisanya sawah tadah hujan seluas 2.242 ha.