Kamis 17 Jan 2019 05:45 WIB

Toko Ritel Berguguran, Rhenald Kasali: Konsumsi tak Menurun

Sejumlah perusahaan ritel di Indonesia menutup gerainya pada awal tahun ini

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Rhenald Kasali
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Rhenald Kasali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkurangnya konsumsi kalangan menengah rupanya bukan penyebab sektor ritel mengalami penurunan termasuk yang terjadi pada Hero. Sebab, gerai tersebut menyajikan kebutuhan pangan segar yang menjadi kebutuhan masyarakat.

"Sebetulnya konsumen tetap belanja dengan cara yang sama karena orang ingin yang segar, yang fresh dan sebagainya. Yang jadi masalah adalah daya dukung lingkungan itu berubah," kata Pengamat Perilaku Publik Rhenald Kasali saat dihubungi Republika, Rabu (16/1).

Misalnya, ia menjelaskan, di gerai cabang A yang tadinya didukung oleh keberadaan perumahan maupun jalan tertentu membuatnya cukup laris. Namun, perubahan besar yang terjadi di Jakarta membuat populasi di titik-titik tersebut berubah ataupun kesulitan akses.

Dengan begitu, populasi tersebut berpotensi pindah untuk berbelanja ke tempat lain. "Ritel seperti itu memang sangat terkait dengan perubahan yang terjadi sehari-hari," ujarnya.

Selain pengaruh lingkungan, manajemen Hero juga bisa menjadi salah satu penyebab tutupnya ritel tersebut. Manajemen perusahaan yang sudah lama ada tersebut mungkin sudah tidak lagi up to date terhadap perkembangan termasuk penggunaan teknologi untuk mengontrol sistem dan lain sebgainya.

"Harus diakui Hero ini sudah lewat masa inovasinya," kata dia.

Pada masa 20 tahun hingga 30 tahun lalu, Hero merupakan salah satu ritel paling inovatif. Namun, belakangan stagnan.

Sementara muncul pesaing-pesaing yang turut menyajikan makanan dan buah-buahan seperti yang ditawarkan Hero. Contohnya All Fresh, Farmers Market maupun belanja daring. Mereka menawarkan produk segar yang cepat dan murah bagi konsumen.

"Jadi memang setiap pengusaha harus membuat dirinya selalu relevan dengan  jamannya," ujarnya.

Sementara itu terkait Metro yang akan menutup gerainya di Manado, diakui Rhenald lantaran pertarungan dengan pola belanja saat ini yang memanfaatkan daring, perubahan gaya hidup, teknologi. Ia menjelaskan, Metro menjual produk tahan lama sementara banyak pula yang menjualnya secara online.

Hal ini membuat konsumen memilih beralih dan meninggalkan gerai offline tersebut. Sebelumnya, gerai Metro juga tutup di Pacific Place.

"Dari awal memang sepi pasarnya di mall tersebut karena mungkin lokasinya tidak tepat. Barangkali dia akan mendaptkan lokasi lain yang lebih bagus," kata Rhenald.

Perlu dilihat, ia melanjutkan, ketidakberhasilan pengusaha dalam menjalankan usahanya atau menutup toko, tidak hanya dipengaruhi dari pasar.

"Jangan-jangan manajemennya buruk jangan-jangan keuangannya jebol jangan-jangan pasokannya, jangan-jangan harganya. Itu banyak sebab," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement