REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi Bukalapak mengalokasikan dana investasi Rp 1 triliun untuk mewujudkan warung atau mitra Bukalapak melalui pemanfaatan teknologi. Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky mengatakan program mitra warung Bukalapak telah berlangsung sejak dua tahun lalu.
"Investasi Rp 1 triliun untuk pengembangan warung. Ini bukan hanya warung, tapi ekosistem usaha kecil," ujar Achmad Zaky dalam temu media perayaan ke-9 Bukalapak di Jakarta, Kamis (10/1).
Zaky mengatakan, investasi Rp 1 triliun akan dimulai tahun ini dengan merangkul lebih banyak warung. Saat ini terdapat 400 ribu warung telah bergabung bersama Bukalapak.
Selain merangkul lebih banyak warung, investasi ini juga akan memperluas gudang dan inventori produk. Bukan hanya produk yang laku saja, tapi juga produk lain yang bisa dijual di warung.
"Usaha kecil di Indonesia jumlahnya 5 jutaan dan kami menjaring di online 3 sampai 4 juta, jadi masih banyak yang belum tersentuh teknologi," kata Zaky.
Setelah melalui riset, Zaky melanjutkan, potensi offline warung begitu besar, sehingga Bukalapak ingin meraih ekosistem yang lebih luas.
Hal ini, menurut Zaky, juga dibuktikan dengan adanya data yang menunjukkan bahwa 80 persen orang Indonesia tidak memiliki akun bank.
"Mayoritas offline, mereka umumnya cash, mungkin 10-20 tahun mendatang tidak tersentuh digital, ini yang ingin kita disrupt," ujar dia.
Selama ini, Zaky mengatakan transaksi offline di warung Bukalapak mencapai 20 persen dari total transaksi, dan pertumbuhannya lebih cepat. Hal ini menujukkan besarnya warung offline di Indonesia.
Bahkan mengutip sebuah riset, Zaky menyebutkan bahwa penduduk yang berbelanja di offline masih lebih dari 90 persen.
"Hampir 300 juta penduduk Indonesia yang pernah belanja online paling 12 juta, sekitar 90-an persen ini peluang kita bisa melakukan impact yang lebih besar. Contohnya memberdayakan tukang gorangan atau penjual sandal jepit," kata Zaky.
Untuk itu, dalam ulang tahun ke-9, Bukalapak juga memperkenalkan Mitra Bukalapak untuk memberdayakan usaha kecil agar 'naik kelas' sekaligus mendorong penetrasi digital.
"Kita memberikan software, mereka punya akses terhadp produk, karena selama ini tidak semua warung punya akses terhadap produk, dengan ini dikombinasikan dalam satu platform," kata Zaky.
Call Order Delivery (COD) memungkinkan pemilik warung memesan stok barang dagangannya melalui aplikasi. Barang bisa langsung diantar ke warung, serta layanan Saldo Bantuan. Tidak hanya itu, warung dapat semakin terhubung dengan teknologi, dengan adanya fitur "Warung Terdekat" dalam aplikasi.
Masyarakat juga semakin dimudahkan dengan terhubungnya warung dengan teknologi seperti kode QR untuk berbelanja di warung. "Dalam satu tahun terakhir transaksi kami tumbuh tiga kali lipat dan mencapai lebih dari 12 juta kunjungan setiap harinya," ujar Zaky.