REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasehat keamanan presiden Amerika Serikat (AS) John Bolton akan menyampaikan kekhawatiran AS mengenai perlengkapan telekomunikasi Cina di sektor-sektor yang sangat sensitif. Hal tersebut akan disampaikan Bolton saat melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhir pekan ini.
"Kita semua khawatir mengenai pencurian kekayaan intelektual dan perusahaan telekomunikasi Cina yang digunakan oleh Cina untuk tujuan pengumpulan informasi intelijen," kata seorang pejabat senior AS yang memaparkan pembahasan pembicaraan itu, Rabu (9/1).
Pemerintah Presiden AS Donald Trump melakukan sejumlah langkah yang ditujukan untuk membatasi penetrasi pasar oleh Huawei Technologies Cos Ltd dan ZTE Corp, dua produsen besar perlengkapan telekomunikasi Cina. Meskipun demikian, kedua perusahaan itu membantah bahwa produk-produk mereka digunakan untuk tujuan mata-mata.
Pemerintah tidak ingin ada hambatan terkait pembagian informasi sensitif dengan Israel, kata pejabat senior itu kepada para jurnalis jelang pertemuan tersebut. Ia merujuk kepada kekhawatiran mengenai teknologi dan investasi Cina di pelabuhan Haifa.
"Kami secara khusus memasukkannya dalam agenda," sambungnya.
Pemerintahanan Netanyahu, yang frustasi terhadap perselisihan buruh yang mengganggu kegiatan perdagangan, memberi perusahaan Cina Shanghai International Port Group lampu hijau untuk mengelola pelabuhan swasta di Haifa, pangkalan utama Armada ke-6 AS.
Kesepatakan perizinan itu diduga membuat AS kecewa dan membuatnya memindahkan salah satu kapal perangnya ke pelabuhan kelas dua Israel di Mediterania Ashdod, kunjungan pertama kapal perang mereka dalam hampir 20 tahun.
Pada Desember 2016, Huawei mengakuisisi perusahaan Israel Hexa Tier, yang memiliki tekonologi pengamanan data cloud, senilai 42 juta dolar AS (sekitar Rp 647,5 miliar). Akuisisi itu dilakukan setelah kunjungan CEO rakasasa teknologi Cina tersebut ke Israel.
Masih pada bulan yang sama, Huawei juga mengakuisisi perusahaan riset teknologi informasi Toga Networks dengan nilai yang tidak diumumkan.
Menurut media Israel, ZTE telah menunjukkan ketertarikan terhadap sektor teknologi Israel sejak mengirim satu delegasi senior ke negara itu pada 2013.
Harian Haaretz pada 2016 melaporkan bahwa Israel memiliki kebijakan yang tidak diumumkan untuk tidak menggunakan teknologi Huawei dan ZTE, karena kekhawatiran mengenai pelanggaran keamanan.