Senin 07 Jan 2019 15:53 WIB

Antisipasi Gejolak Kurs, Pengusaha Mulai Gunakan Yuan Cina

Pengusaha menginginkan kurs rupiah stabil

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang dollar dan yuan (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Mata uang dollar dan yuan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menginginkan kurs rupiah yang stabil sepanjang 2019. Kendati demikian, Shinta tetap bersyukur kurs rupiah bisa bergerak menguat menuju level Rp 14 ribu per dolar AS. 

"Sebenarnya yang kita lihat ini volatilitasnya. Ini memang naik turun dan ketidakpastian masih akan terus terjadi karena kita tidak tahu posisi Trump (Presiden AS Donald Trump) seperti apa," kata Shinta di kantor Kemenkeu, Jakarta pada Senin (7/1).

Baca Juga

Shinta menyampaikan, tantangan tersebut masih akan terjadi pada 2019. Hal ini lantaran isu perang dagang dan kebijakan normalisasi di AS masih menghantui kondisi perekonomian global.

Kendati demikian, dia mengatakan, pengusaha saat ini sudah mengantisipasi gejolak kurs dengan mulai menggunakan mata uang asing lain seperti yuan. "Pemerintah sudah mengajak pengusaha berdiskusi masalah ini. Bagaimana kita bisa menggunakan mata uang lain selain dolar AS," kata Shinta.

Kurs rupiah dibuka menguat pada awal pekan ini, Senin (7/1). Berdasarkan data Bloomberg, penguatannya sebesar 0,64 persen atau 92 poin di Rp 14.178 per dolar AS.

Memasuki pukul 09.00 WIB, mata uang Garuda tersebut semakin menguat. Penguatannya bahkan mencapai 177 poin atau 1,24 persen ke posisi Rp 14.093 per dolar AS.

Kemudian sekitar pukul 10.20 WIB, nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan ke posisi Rp 14.091 per dolar AS. Dengan penguatan mencapai 179 poin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement