REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Produksi jagung pada tahun 2019 diperkirakan mengalami surplus hingga 50 persen. Produksi jagung pada 2019 ditargetkan mencapai 33 juta ton jagung.
"Tahun ini bagus koq lagi pada panen," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Maman Suherman saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (6/1).
Panen pada Januari diperkirakan mencapai 1,7 juta ton jagung, produksi pada Februari sebesar 4,8 juta ton dan 3,3 juta ton jagung pada Maret.
Produksi jagung tersebut diakui cukup untuk memebuhi kebutuhan pakan ternak, bahkan surplus hingga 15 juta ton jagung.
Ia melanjutkan, kebutuhan jagung untuk industri pakan besar rata-rata 1,5 juta ton per bulan. Itu artinya, dalam satu tahun diperlukan sekitar 18 juta ton jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pakan.
"Kita kan ekspor. Ada mungkin untuk pakan peternak kecil," ujar dia.
Negara tujuan ekspor jagung menurut Maman masih sama seperti tahun sebelumnya yakni Filipina dan Malaysia. Kebutuhan jagung di Filipina dalam setahun sebesar satu juta ton sementara kebutuhan di Malaysia mencapai tiga juta ton.
Terkait tingginya perkiraan produksi jagung pada Februari, bertepatan dengan masuknya jagung impor, Maman menegaskan tidak akan membuat harga jagung jatuh.
"Harga itu tergantung distibusi. misalnya panen bulan ini sentranya di Medan, kalau kebutuhan pabriknya di Jawa Timur berarti ongkos distribusinya besar. Jadi di sini faktor distribusi," kata dia.