Ahad 30 Dec 2018 16:36 WIB

Himbara Maksimalkan Penyaluran KUR ke Sektor Produksi

Perbankan juga tetap menjaga kualitas kredit.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Pengunjung melihat produk yang dipromosikan di Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) Solo, Jawa Tengah, Rabu (5/11)
Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Pengunjung melihat produk yang dipromosikan di Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) Solo, Jawa Tengah, Rabu (5/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan berupaya menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke sektor produksi. Pasalnya, pemerintah menargetkan penyaluran tersebut bisa mencapai 50 persen. 

"Himbara sudah maksimal dalam menaikkan KUR produktif," ujar Ketua Umum Himpunan Bank Negara (Himbara) Maryono kepada Republika, Ahad, (30/12). Meski begitu, ia menegaskan, bank tetap menjaga kualitas kredit. 

Dirinya menjelaskan, penyaluran KUR produktif pun perlu investasi lebih. "Perlu waktu juga," kata Maryono. 

Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama bank Tabungan Negara (BTN) ini mengungkapkan, porsi penyaluran KUR produksi BTN sudah mencapai 59 persen. Dengan begitu sudah melebih target yang ditetapkan pemerintah. 

"BTN KUR produktifnya sudah 59 persen. Walau nilainya masih kecil," ujarnya. 

Sebagai informasi, pemerintah mencatat realisasi penyaluran KUR per 30 November 2018 sebesar Rp 118,29 triliun. Maka, dari total plafon KUR sebesar Rp 120 triliun telah terealisasi sebanyak 95,5 persen. 

Bila dirincikan, sebanyak Rp 79,74 triliun KUR disalurkan oleh BRI per November 2018. BRI memang memiliki plafon KUR terbesar. Lalu sebanyak Rp 17 triliun disalurkan oleh Bank Mandiri. 

Sementara pada periode sama, BNI menyalurkan KUR sebanyak Rp 15,66 triliun. Kemudian BTN sebesar Rp 94,41 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement