REPUBLIKA.CO.ID, LEBONG - Masyarakat Lebong, Bengkulu juga sudah memanfaatkan dana desa untuk kesejahteraan. Bupati Lebong Rosjonsyah mengatakan program Kemendes PDTT sudah benar-benar menyentuh masyarakat. Pemda berkomitmen juga terhadap pembangunan di desa sehingga angka kemiskinan di Lebong turun.
"Dulu 17,8 persen sekarang turun menjadi 11,83 persen. Nomor dua terendah di kabupaten provinsi Bengkulu. Sangat berdampak (dana desa), desa bisa bangun dan mengatur desanya sendiri, ini hakikat otonomi daerah, mulai membangun pinggiran," kata dia, saat menerima kunjungan Menteri Desa, Pembangunan daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo.
Di Kabupaten Lebong sendiri pemanfaatan dana desa sudah dipakai untuk pemberdayaan ekonomi salahsatunya dengan menggenjot BUMDes. Ada pariwisata juga sarana olahraga untuk kalangan milenial dan orangtua. Seperti lapangan bola, bulutangkis, takraw dll.
"BUMDes untuk pariwisata salah satunya arung jeram yang seminggu dikunjungi sampai 700 orang. Ini hasil Kerja sama BUMDes, pemda, dan pihak ketiga. Dibuka tahun 2017. Kolaborasi ini menghidupkan perekonomian masyarakat," ujarnya.
Menteri Eko Putro Sandjojo meninjau langsung penggunaan dana desa di Kabupaten Lebong, Bengkulu. Ia meninjau langsung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Sarana Olahraga yang dimanfaatkan warga dari dana desa.
Sarana olah raga Desa Blau yang dibuat sejak tahun 2018 ini dibangun dengan menggunakan Dana Desa, dengan total alokasi dana sebesar Rp 396 juta. "Saya minta tinggal bikin Liga Desa Lebong, nanti kita cari sponsornya, kepada bupati mudah-mudahan dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga dana desa bisa berguna. Ada salam dari Pak Presiden Joko Widodo untuk masyarakat di desa sini. Dana desa akan terus ditingkatkan tiap tahunnya," ujar Eko.
Terbangunnya sarana olahraga ini hasil kerja sama antara pemerintah desa dan karang taruna dalam pemanfaatan dan desa. Sarana olahraga ini selain memberikan kesehatan raga juga digunakan untuk tempat berjualan saat ada event pertandingan sehingga ada transaksi dan perputaran uang di sana (penjual dan pembeli), selain itu juga dijadikan tempat rekreasi karena menonton pertandingan dijadikan sebagai hiburan.
Selain BUMDes, dalam program Prukades, karena daerahnya berpenghasilan gula merah kualitas tinggi maka menjalin kerja sama selain dengan Kemendes PDTT juga dengan LIPI.
"Ada pendampingan TTG. Gula merah, ikan air tawar, padi. Gula aren ini terkenal, yang secara ekonomis hanya dihargai Rp 20ribu setelah kerja sama dengan LIPI 1kg jadi 4 kemasan, 1 kemasannya Rp 60ribu. Kemudian pengelolaannya melalui BUMDes," kata dia.
Sejalan dengan hal tersebut, Pengurus BUMDes Suka Maju, Desa Sukau Kayo, Kabupaten Lebong, King Kyuzen mengatakan BUMDesnya baru dibentuk tahun 2016 dan dapat penyertaan modal dari dana desa sebesar Rp 50juta pada 2017.
"Salah satu unit usahanya yaitu budidaya ikan air tawar. Tanam ikan dengan sekali panen menghasilkan Rp 3,7 juta. Kedepannya akan dibuat ikan salai. Kedua, perkebunan jagung pakan ternak seluas 2 hektare dengan potensi penghasilan Rp 15 juta per hektar edalam sekali panen. Ketiga, penjualan beras kemasan dengan adanya heler padi," kata dia, optimistis sambil mancing ikan bersama Menteri Eko dan warga di Desa Sukau Kayo.
Sementara itu Kepala Desa Sukau Kayo Saparudin, mengatakan sangat mendukung kegiatan Bumdes ini. Pada 2017 dana desa dikucurkan sebanyak Rp 774 juta dan 2018 sebanyak Rp 706 juta, dipakai untuk penyertaan modal Bumdes sebanyak Rp 50 juta.
Selain itu, dana desa juga digunakan untuk sarana olahraga, gedung serba guna, pembangunan gedung heler padi, pembangunan jalan tembus antar desa sepanjang 333 meter.
"85 persen dana desa tahap ketiga ini sudah terserap dan terealisasi. Dengan adanya dana desa yang masuk ke desa disambut sangat gembira sekali dari masyarakat desa. Dari 2015 sangat bermanfaat sekali karena dalam penggunaan anggaran ini mulai dari aspirasi masyarakat bisa kita tampung dengan adanya kucuran anggaran dari dana desa," kata dia.