Rabu 19 Dec 2018 14:19 WIB

Penyaluran Pinjaman Akseleran 2018 Lampaui Target

Akseleran memberi kemudahan pada peminjam untuk mendanai UKM yang membutuhkan modal

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Pelaku usaha fintech peer to peer (P2P) lending, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) membidik pembiayaan usaha kecil menengah (UKM) hingga satu triliun rupiah pada 2019.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Pelaku usaha fintech peer to peer (P2P) lending, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) membidik pembiayaan usaha kecil menengah (UKM) hingga satu triliun rupiah pada 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran), salah satu perusahaan peer to peer lending menyalurkan pinjaman Rp 202 miliar hingga pertengahan Desember 2018. Angka ini melampaui target perusahaan yang menetapkan penyaluran sebesar Rp 200 miliar sepanjang tahun ini.

CEO dan Co-Founder Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan mengatakan total pinjaman tersebut disalurkan kepada 400 peminjam yang berasal dari lebih 100 ribu pemberi pinjaman. Rata-rata pertumbuhan pinjaman bulanan berkisar 20-30 persen.

"Kami konsisten mengedukasi masyarakat, khususnya pelaku UKM bahwa pinjaman yang kami salurkan untuk usaha-usaha produktif dan skemanya tidak ribet," kata Ivan dalam rilis tertulis kepada Republika, Rabu (19/12).

Akseleran memberi kemudahan pada peminjam untuk mendanai UKM yang membutuhkan modal, mulai dari berinvestasi Rp 100 ribu dengan rata-rata imbas hasil 18-21 persen per tahun. Pelaku usaha yang menjadi peminjam (borrower) di Akseleran sekarang ini tak lagi terpusat di Jabodetabek atau Pulau Jawa secara umum, namun sudah ke luar, seperti Kalimantan, Sumatra dan Maluku.

"Pemberi pinjaman lender sudah dari seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua," katanya.

Melihat tren positif Akseleran tahun ini, Ivan mengatakan perusahaan menargetkan realisasi total penyaluran pinjaman pada akhir tahun 2019 bisa meningkat enam kali lipat dari tahun ini, setara Rp 1,2 triliun. Momen pemilihan umum (pemilu) dinilai tak memberi pengaruh signifikan, meski banyak pelaku usaha diprediksi wait and see untuk ekspansi dan mengambil pinjaman.

Ivan beralasan funding gap UKM di Indonesia masih sangat besar, sekitar seribu triliun rupiah per tahun. Selama perusahaan konsisten menjaga kualitas, yaitu non-performing loan (NPL) tak lebih dari satu persen, maka realisasi penyaluran pinjaman tetap tinggi.

Rasio kredit bermasalah atau NPL Akseleran saat ini sangat rendah, 0,5 persen. Tahun depan perusahaan akan menjaring lebih banyak pelaku usaha dan pemberi pinjaman berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti platform e-commerce, payment gateway, dan penyedia system point of sales (POS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement