REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya mendorong peningkatan ekspor produk-produk ke Vietnam, termasuk di sektor fesyen. Setelah dikurasi saat Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 lalu, beberapa produk fesyen Indonesia ditampilkan pada the 22nd Vietnam International Fashion Fair (VIFF) 2018 yang berlangsung pada 13-18 Desember 2018 di International Exhibition Centre, Hanoi, Vietnam.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan, pasar Vietnam mulai terbuka untuk masuknya produk-produk Indonesia. "Memanfaatkan momen ini, kami Kementerian Perdagangan mendorong suplai dari Indonesia, termasuk produk fesyen, untuk diekspor ke Vietnam," katanya dalam rilis yang diterima Republika, Senin (17/12).
Paviliun Indonesia menampilkan 34 pelaku usaha di lahan seluas 216 meter persegi di Hall A1, International Exhibition Centre. Menurut Arlinda, partisipasi Indonesia pada VIFF 2018 merupakan inisiasi Kedutaan Besar RI di Hanoi. Kemendag menyambut inisiatif tersebut dengan melakukan kurasi produk-produk dari Paviliun Icon pada TEI 2018 lalu.
"Kami menyambut upaya diplomasi ekonomi yang dilakukan KBRI Hanoi dengan bekerja sama melakukan kurasi produk TEI 2018 yang sesuai dengan permintaan pasar Vietnam. Promosi terintegrasi ini akan meningkatkan citra positif Indonesia di Vietnam," kata Arlinda.
VIFF 2018 merupakan pameran fesyen yang memperkenalkan produk garmen, kulit, alas kaki, serta perhiasan dan kosmetik. VIFF 2018 diselenggarakan di area seluas 4.000 meter persegi. Diprediksi, lebih dari 10.000 pengunjung memenuhi acara. Sebagian besar di antaranya merupakan perusahaan ekspor impor, distributor, agen di industri fesyen dan kosmetik, perusahaan e-commerce, pecinta fesyen, dan pengunjung umum.
Produk fesyen yang ditampilkan Paviliun Indonesia diantaranya produk premium, pakaian jadi, perhiasan, sepatu, tas kulit, dan aksesori lainnya. Untuk menarik lebih banyak pengunjung, Indonesia juga menyelenggarakan peragaan busana.
Arlinda menjelaskan, partisipasi di VIFF 2018 ini juga dimanfaaatkan menjadi salah satu upaya Kemendag untuk mempertahankan citra positif produk Indonesia, khususnya produk fesyen. "Pasar kawasan Asia Tenggara memiliki peluang besar karena memiliki kesamaan latar belakang kebudayaan sehingga desain produk Indonesia dapat lebih mudah memenuhi permintaan," ujarnya.
Setelah enam tahun mengalami defisit neraca perdagangan dengan Vietnam, Indonesia akhirnya menikmati surplus sebesar 358,14 juta dolar AS pada 2017. Saat itu, total perdagangan Indonesia dengan Vietnam mencapai 6,8 miliar dolar AS.
Sementara pada periode Januari hingga Agustus 2018, total perdagangan mencapai 5,39 miliar dolar AS. Produk ekspor Indonesia ke Vietnam termasuk batu bara, kelapa sawit dan turunannya, tembaga, dan sepeda motor. Produk impor Indonesia dari Vietnam yaitu beras, komponen perangkat telepon, flat-rolled iron, dan coffee, not roasted.
Untuk produk fesyen, ekspor Indonesia ke Vietnam pada 2017 mencapai 23,81 juta dolar AS. Pada periode Januari sampai Agustus 2018 mencapai 20,47 juta dolar AS, meningkat 36,32 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Produk fesyen Indonesia yang diekspor ke Vietnam antara lain alas kaki dan perhiasan. Di antara negara-negara di kawasan ASEAN, Vietnam merupakan negara tujuan ekspor produk fesyen Indonesia ke-5 setelah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Vietnam sendiri menjadi pemasok utama produk fesyen ke Indonesia dengan nilai 123,65 juta dolar AS pada periode Januari hingga Agustus 2018 (pangsa 55,96 persen). Sedangkan, dengan Singapura nilainya 31,45 juta dolar AS (pangsa 14,23 persen), dan Malaysia 26,02 juta dolar AS (pangsa 11,77 persen).