REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bank Mandiri Regional XI Bali dan Nusa Tenggara mendorong pedagang yang menjadi nasabahnya untuk meningkatkan transaksi nontunai. Sebab dengan bertransaksi nontunai, mereka berpeluang mendapatkan poin besar yang dapat ditukarkan dengan hadiah menarik.
"Kami ingin memberikan benefit berupa hadiah tanpa diundi tetapi langsung ditawarkan melalui lelang dengan poin yang mereka hasilkan," kata Pemimpin Bank Mandiri Regional XI Bali dan Nusa Tenggara Rully Setiawan di Denpasar, Sabtu (1/12).
Menurut dia, upaya itu dilakukan untuk mendongkrak transaksi tanpa uang tunai sesuai dengan program Bank Indonesia yakni Gerakan Nasional Nontunai (GNNT). GNNT mendorong transaksi nasabah yang lebih cepat, praktis dan efisien sehingga transaksi menjadi lebih transparan karena tercatat dalam sistem.
Rully menambahkan poin terbesar yang dikumpulkan selama setahun itu dihasilkan melalui transaksi digital seperti "mobile banking", "internet banking" atau melalui jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Tidak hanya itu, lanjut dia, transaksi konvensional di kantor cabang bank dan penempatan dana di tabungan bisnis juga bisa menghasilkan poin.
Sebanyak 100 pedagang di Bali mengikuti program yang dikemas dalam "Mandiri Dagang Untung", untuk menukarkan poinnya dengan hadiah. Di antaranya emas, sepeda motor dan telepon seluler melalui lelang.
Ia menambahkan para pedagang yang dikelompokkan dalam "cluster" pedagang pasar Bali itu, merupakan pedagang kategori top yang kerap bertransaksi baik digital maupun konvensional serta memiliki penempatan dana yang besar juga. Dipilihnya para pedagang, kata dia, karena mereka dinilai turut mendorong pertumbuhan sektor riil seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Rully optimistis upaya itu dapat mendongkrak kinerja korporasi yang ditargetkan tumbuh kisaran 15 persen, untuk penghimpunan dana dan penyaluran kredit tahun 2019. Bank Mandiri mencatat hingga November 2018, total dana pihak ketiga di kawasan Bali dan Nusa Tenggara mencapai sekitar Rp 25 triliun dan realisasi kredit sekitar Rp 14 triliun.
Selain itu jumlah aset bank BUMN wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencapai sekitar Rp 38 triliun. Dengan angka kredit bermasalah atau NPL berada pada batas aman yakni di bawah tiga persen.