REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan menggelar market sounding Proyek Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) Revitalisasi Pasar Ciputat. Proyek ini merupakan pengembangan bangunan pasar serta penataan prasarana penunjang lainnya dengan kebutuhan total investasi sebesar sekitar Rp 250 miliar.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Ikmal Lukman menyampaikan pengembangan atau revitalisasi Pasar Ciputat melalui skema KPBU bertujuan bukan semata-mata untuk membangun sebuah pasar tradisional. Tetapi juga menyediakan fasilitas dan kualitas layanan yang layak bagi pedagang dan pengunjung Pasar Ciputat selama masa konsesi.
Ikmal menyampaikan proyek ini merupakan proyek perdana pembangunan pasar melalui skema KPBU. Diharapkan kedepannya akan menjadi pilot project bagi proyek-proyek serupa. Pemilihan skema KPBU tidak hanya atas pertimbangan keterbatasan anggaran semata.
"Hal yang lebih penting adalah pemanfaatan partisipasi swasta yang memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk mewujudkan operasional pasar yang lebih berkualitas dengan anggaran yang lebih efisien," katanya di Gedung BKPM, Jakarta Selatan, Kamis (29/11).
Pengembalian investasi berasal dari user tarif yang terdiri dari biaya sewa kios, retribusi, serta pengelolaan parkir, toko, food court, dan gedung lainnya selama masa konsesi 20 tahun. Proyek ini juga direncanakan akan mendapatkan penjaminan pemerintah (government guarantee) melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) (Persero).
Direktur Kerjasama Pemerintah dan Rancang Bangun Bappenas, Sri Bagus Guritno menyampaikan skema KPBU merupakan cara cepat pemerintah untuk pelayanan masyrakat dengan melibatkan pihak swasta. KPBU bukan privatisasi tapi pengelolaan aset dengan konsesi.
Hingga saat ini, KPBU telah menjadi basis 51 proyek pemerintah dengan nilai sekitar 16,5 miliar dolar AS. Selain itu ada tujuh proyek KPBU yang diinisiasi oleh swasta dengan nilai 2,5 triliun dolar AS. "Kedepannya KPBU diharapkan menjadi basis kerja sama yang dapat mempercepat proyek-proyek untuk pelayanan masyarakat," katanya.
Dalam acara ini, hadir lebih kurang 75 peserta yang meliputi investor yang bergerak di bidang operator pasar, kontraktor, perbankan dan lembaga keuangan, konsultan, serta asosiasi terkait dari dalam dan luar negeri. Beberapa perusahaan dan asosiasi yang hadir diantaranya KOTRA, PT Bumi Serpong Damai, PT PP (Persero), PT Adhi Karya (Persero), Mitsubishi Corporation, PT Trans Retail Indonesia, PT Triemuda Sukses Mandiri, PT Delloitte Konsultan Indonesia, Nikko Sekuritas Indonesia, Hagama Ando Corp, Mitsubishi Corp, PwC, DPP Asparindo, PT HKA (Hutama Karya Subsdiary), Indonesia Infrastructure Finance, PT Bangun Bina Primasarana, PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan dan perusahaan lainnya.
Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany menyebut market sounding kali ini bertujuan juga untuk mendapatkan masukan dari pasar terhadap bentuk kerja sama yang ditawarkan. Masukan tidak saja dari sisi teknis tetapi juga sisi keuangan, sosial dan lingkungan bahkan alokasi risiko yang ditawarkan.
Selanjutnya saran dan masukan tersebut akan menjadi masukan dalam penyempurnaan Outline Business Case (OBC). "Revitalisasi yang sedang digagas diharapkan dapat menjadi solusi terhadap Pasar Ciputat yang saat ini dirasa kumuh dan kurang layak oleh masyarakat," katanya.
Pihak swasta sebagai pengelola diharapkan dapat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebagai regulator dan pemilik kawasan pasar. Swasta akan merancang, membiayai, membangun pasar, menjadi pengelola jasa pelayanan, dan mengoperasikan bangunan pasar.
Airin mengharapkan kerja sama dengan pihak swasta akan menciptakan inovasi dalam mengelola pasar tradisional yang memiliki daya saing. Proyek diharapkan selesai pada 2021 dengan penyusunan perencanaan pada 2019.