Jumat 04 Jul 2025 15:40 WIB

Survei: 0,8 Persen Responden Mau Punya Rumah Subsidi 18 Meter Persegi

Masyarakat cenderung memilih rumah tapak berukuran di kisaran 20–150 m².

Orang tua bersama anaknya berjalan di depan rumah subsidi di Perumahan Graha Arraya, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jumat (21/2/2025) Bank Tabungan Negara (BTN) berkomitmen mendukung program 3 juta rumah dengan menyalurkan dan menyediakan akses Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal. Selain itu BTN juga menerapkan berbagai strategi dan inovasi untuk mewujudkan program tersebut. Program 3 juta rumah ini diharapkan dapat menjadi momentum bangkitnya ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan berbagai industri terkait. Program 3 juta rumah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Orang tua bersama anaknya berjalan di depan rumah subsidi di Perumahan Graha Arraya, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jumat (21/2/2025) Bank Tabungan Negara (BTN) berkomitmen mendukung program 3 juta rumah dengan menyalurkan dan menyediakan akses Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal. Selain itu BTN juga menerapkan berbagai strategi dan inovasi untuk mewujudkan program tersebut. Program 3 juta rumah ini diharapkan dapat menjadi momentum bangkitnya ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan berbagai industri terkait. Program 3 juta rumah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah subsidi dengan luas sekitar 18 meter persegi (m²) disinyalir tidak akan laku dijual, menurut sebuah survei yang dilakukan Rumah123. Di tengah pro dan kontra yang berkembang, Rumah123 melakukan pengamatan terhadap pola pencarian rumah dan apartemen di Jabodetabek sepanjang Januari hingga Mei 2025. 

Head of Research Rumah123, Marisa Jaya menyampaikan, Rumah123 menemukan bahwa minat terhadap hunian berukuran di bawah 20 meter persegi masih sangat minim, baik untuk rumah tapak maupun apartemen. Hingga saat ini, hanya 0,8 persen pencari rumah tapak dan 3,9 persen pencari apartemen yang tertarik dengan hunian berukuran di bawah 20 m².

Baca Juga

Sementara itu, ukuran hunian yang paling diminati masyarakat untuk rumah tapak berada di kisaran 90–150 m² (23,4 persen), disusul oleh ukuran 20–60 m² (22,6 persen) dan ukuran 60-90 m² (19,1 persen). Sedangkan untuk apartemen, ukuran paling dicari adalah 20–60 m² dengan proporsi mencapai 47,9 persen.

Perbedaan preferensi antara rumah dan apartemen ini mencerminkan kebutuhan dan ekspektasi berbeda dari konsumen. Apartemen dengan ukuran kecil lebih umum ditemui karena konsepnya memang ditujukan untuk efisiensi ruang, bisa dimanfaatkan untuk satu orang, pasangan yang baru menikah, atau keluarga kecil.

Namun, ketika masyarakat mencari rumah tapak, kecenderungan yang dicari adalah fleksibilitas, privasi, dan ruang yang cukup untuk bertumbuh bersama keluarga. Berdasarkan wilayah, di sebagian besar kota di Jabodetabek, permintaan terhadap rumah tapak berukuran sangat kecil (≤ 20 m²), hampir tidak terlihat. Proporsinya berada di bawah 1 persen, kecuali di Jakarta Utara yang mencatat angka 2,7 persen.

Untuk rumah tapak berukuran 20–60 m², permintaan cenderung datang dari wilayah satelit seperti Bekasi (33,6 persen), Bogor (36,7 persen), dan Depok (38,9 persen). Hal ini sejalan dengan tren pertumbuhan suplai rumah di area pinggiran Jakarta. Sementara di Tangerang, Tangerang Selatan dan Jakarta cenderung ke ukuran rumah 60-90 m², 90-150 m², 150-250 m² dan di atas 250 m².

Sementara untuk apartemen, untuk unit berukuran kecil (≤ 20 m²), permintaan lebih banyak berasal dari kota-kota di luar Jakarta seperti Depok (23 persen), Bogor (11,6 persen), Bekasi (9,2 persen), Tangerang (9,8 persen), dan Tangerang Selatan (6,6 persen). Di Jakarta sendiri, permintaan untuk apartemen sekecil ini berada di bawah 5 persen. Sedangkan ukuran apartemen yang paling diminati masyarakat di kawasan Jabodetabek secara umum terlihat didominasi segmen 20-60 m² (kisaran level 27 persen-85,2 persen).

Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun hunian kecil memiliki tempatnya dalam pasar—khususnya dalam bentuk apartemen—namun secara umum, masyarakat Indonesia masih memiliki preferensi terhadap rumah dengan ukuran yang lebih lapang dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan tinggal, fleksibilitas ruang, bahkan sebagai aset jangka panjang.

“Setiap segmen pasar tentu memiliki kebutuhan dan karakteristiknya masing-masing. Namun, saat berbicara tentang rumah tapak, preferensi terhadap ruang yang cukup masih sangat kuat di kalangan masyarakat. Temuan ini diharapkan bisa menjadi masukan konstruktif bagi para pemangku kepentingan dalam merancang kebijakan dan produk perumahan yang selaras dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement