REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy M Sommeng mengatakan pihaknya mengusulkan agar harga khusus gas untuk pembangkit listrik PLN segera diterapkan. Hal ini mengingat harga gas yang masih tinggi padahal, harga listrik tidak naik dan beban PLN semakin bertambah.
Andy mengatakan hingga saat ini pemerintah juga melakukan komunikasi dengan PLN dan DPR. Hanya saja, persoalan DMO Gas ini memang tidak bisa diputuskan sebelah pihak. Andy menilai perlu juga ada willingness dari perusahaan gas untuk bisa mendukung kebijakan ini.
"Kalau kita sebagai regulator menginginkan jangan sampai masyarakat juga terbebani dengan harga listrik yang tinggi, badan usaha milik negara juga tidak terbebani. Jadi semua harus sehat, pemerintah kebijakannya juga bisa berjalan. Kan gitu dong," ujar Andy di Bidakara, Rabu (14/11).
Andy juga menjelaskan dirinya secara pribadi juga sudah mengusulkan hal ini kepada Menteri ESDM. Namun mekanisme pengkajian dan perlunya kordinasi antar stakeholder juga perlu dilakukan.
"Gini dong, itu kan tergantung dari kebijakan yang lebih tinggi. Di atas langit kan ada langit lagi. Dalam waktu dekat akan dibahas secara intensif juga dengan DPR terkait rencana ini," ujar Andy.
Saat ini kata Andy PLN masih mendapatkan harga gas dari pengusaha diangka 9 hingga 11 dolar AS per mmscfd. Padahal, untuk bisa mencapai angka keekonomian PLN, PLN perlu mendapatkan harga gas setidaknya 6 dolar AS per mmscfd di wellhead.
"PLN melihat bahwa yang paling ini untuk dia itu supaya dia juga ada kefleksibitas di dalam mengembangkan infrastruktur yang dia bangun, gitu loh. Ya menurut mereka yang wajar itu 6 dolar AS," ujar Andy.
Kebutuhan ini juga diamini oleh PLN. Executive Vice Presiden Corporate Communication & CSR PLN I Made Suprateka menuturkan, jelas diberlakukannya DMO gas ini akan memberi efek positif bagi perusahaan. Apalagi pemerintah berencana untuk mempercepat pembelakuannya.
"Kalau memang pemerintah berencana untuk merealisasikan hal tersebut ini merupakan kabar baik bagi PLN," ujar Made kepada Republika, Rabu (14/11).
Lebih lanjut, Made mengatakan, jika dilihat dari energi baurannya, gas memegang peranan penting di energi bauran PLN. Made menyebutkan, saat ini energi bauran perusahaan 24 persen, targetnya di 2027 menjadi 8 persen.