Selasa 13 Nov 2018 15:39 WIB

BI Bangun Pasar Lelang Hortikultura di Ogan Komering Ilir

Pemasaran cabai telah menembus pedagang di Padang, Jambi, dan Jakarta

Red: EH Ismail
Pasar Lelang Hortikultura di Desa Muara Burnai I, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Pasar Lelang Hortikultura di Desa Muara Burnai I, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, OGAN KOMERING ILIR -- Bank Indonesia (BI) Sumatera Selatan menginisiasi pembangun Pasar Lelang Hortikultura di Desa Muara Burnai I, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.  Pasar yang dibangun pada Oktober 2016 ini sangat membantu petani dalam memasarkan cabai karena wilayah tersebut merupakan sentra cabai.

Daerah sentra cabai di Kabupaten Ogan Komering Ilir ini terdapat di Kecamatan Lempuing, Lempuing Jaya, Pedamaran, Kayu Agung dan Jejawi. Panen di Desa Muara Burnai ini dilaksanakan empat kali seminggu sehingga transaksi bisa dilaksanakan setiap Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu.

Aktivitas dimulai sejak petani menyetor cabai lalu ditimbang petugas. Batas akhir waktu kedatangan pukul 15.00 WIB lalu dicatat berdasarkan nama petani yang menyetor. Ada ketentuan pengurangan jumlah berat cabai karena penyusutan panen pagi hari hingga pengiriman sore. Ketentuannya, untuk berat cabai 30 kg dipotong 0,5 kg, 60 kg dipotong 1 kg, diatas 60 kg dipotong 1,5 kg.

Untuk penentuan harga, petugas pasar lelang setiap harinya mencari informasi harga cabai yang berlaku di Pasar Jakabaring, Padang, Jambi dan Jakarta. Harga bersih tertinggi yang akan dimenangkan dan diberlakukan. Sebagai contoh, jika ada penawaran dari Jambi seharga Rp 18 ribu dan penawaran Rp 15 ribu dari kota Palembang, keuntungan bersih didapat petani akan lebih tinggi pada harga penawaran Rp 15 ribu dari kota Palembang.

Kehadiran pasar lelang memberikan banyak manfaat yang dirasakan para petani. Seperti penuturan Suyono (50), Ketua Pengurus Pasar Lelang Desa Muara Burnai I. Ia menjelaskan, pendapatan total pada 2017 sebesar 42,559 ton senilai Rp 749.491.500. Pada 2018 meningkat hampir 100% yaitu menjadi 82,614 ton senilai Rp 1.353.069.500.

“Kami berharap dengan adanya pasar lelang ini memberikan dampak baik bagi pendapatan petani sehingga akan terus meningkat. Kami juga mengharapkan dukungan, bimbingan, motivasi dari semua pihak,” kata Suyono.

Pemasaran cabai telah menembus pedagang di Padang, Jambi, dan Jakarta. Pengiriman ke Jakarta dilakukan sebanyak lima kali menggunakan ekspedisi yang sebelumnya telah mengirimkan cabai ke Jambi, lalu saat kembali ke Jakarta membawa cabai dari pasar lelang ini.

Pembayaran saat transaksi di pasar lelang ini terdapat potongan bagi petani sebesar Rp 500 untuk kas. Saat kas pasar lelang mencapai Rp 40 juta rupiah, akan dipakai sebagai simpanan petani dan membeli bibit untuk masa tanam berikutnya. Selain itu digunakan untuk dana sosial bagi anak yatim dan apresiasi bagi petani dengan produktivitas tertinggi. Hal ini dilakukan untuk memotivasi petani lainnya.

Untuk apresiasi, pernah diberikan pada Iwan dan Dwi pada 7 Oktober lalu. Keduanya mampu menghasilkan 1,6 ton cabai dengan lahan 1/8 Ha atau setara dengan 12 - 13 ton per hektare.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Syarifudin merasa bangga atas capaian tersebut sekaligus bangga dengan keberadaan pasar lelang. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement