Selasa 06 Nov 2018 14:54 WIB

Mobil Listrik Mampu Menghemat BBM Rp 2 Triliun

Kisaran keekonomian bahan bakar HEV 21,5 km per liter dan PHEV 26,4 km per liter.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Penyampaian Laporan Akhir Studi dan Penelitian Komprehensif Tahap Pertama Mobil Listrik di Jakarta, Selasa (6/11).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Penyampaian Laporan Akhir Studi dan Penelitian Komprehensif Tahap Pertama Mobil Listrik di Jakarta, Selasa (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendaraan listrik dengan tipe hybrid electric vehicle (HEV) berpotensi menghemat biaya BBM tahunan Rp 2,71 triliun sampai Rp 2,84 triliun. Sementara, untuk tipe plug in electric vehicle (PHEV) mampu menekan biaya lebih besar, yakni Rp 3,97 triliun sampai Rp 4,07 triliun. 

Data tersebut disampaikan Ketua Tim Riset ITB Agus Purwadi dalam acara Laporan Akhir Studi dan Penelitian Komprehensif Tahap Pertama Mobil Listrik di Jakarta, Selasa (6/11). "Hasil tersebut dengan asumsi jumlah kendaraan LCEV (Low Carbon Electric Vehicle) pada 2025 adalah 400ribu unit (20 persen), jarak tempuh 12 ribu km per tahun dan pola acak harian," ujarnya. 

Uji keekonomian bahan bakar dilakukan pada kisaran jarak tempuh tertentu untuk pola perjalanan terkondisi jarak jauh kendaraan. Kisaran keekonomian bahan bakar mobil konvensional adalah 10 sampai 13,1 km per liter, sementara HEV 21,5 sampai 23,8 km per liter dan PHEV 26,4 sampai 33,7 km per liter. 

Dari studi yang dilakukan, Agus menyampaikan beberapa saran. Di antaranya, pemerintah dan swasta harus menyiapkan fasilitas pengisian kendaraan di area kantor maupun fasilitas publik, di samping di rumah tangga. Hal ini dilakukan untuk lebih mengefektifkan penggunaan kendaraan tipe PHEV.

Sementara itu, guna mereduksi faktor emisi dari penggunaan kendaraan tipe ICE, HEV dan PHEV, dapat dikaji penggunaan BBM yang dicampur dengan bioetanol. "Khusus PHEV, suplai energi listrik bisa dibantu dengan pemanfaatan energi terbarukan seperti air, surya dan angin," kata Agus. 

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Harjanto menjelaskan, penyampaian laporan ini merupakan tindak lanjut dari kick off pengembangan kendaraan mobil listrik yang dilakukan pada Juli 2018 di Gedung Kemenperin. Prinsipnya, Harjanto menambahkan, acara ini merupakan pelaksanaan peta jalan pengembangan otomotif dan penjabaran tahap awal dan implementasi menuju Making Indonesia 4.0 untuk sektor otomotif. 

“Yakni dengan mempelajari habitat dan ekosistem dari teknologi comprehensive electric vehicle (CEV) atau mobil listrik komprehensif,” ujarnya. 

Studi selama dua tahun ini dilakukan dengan menggandeng enam perguruan tinggi, yakni UI, ITB, UNS, ITS, UGM dan Universitas Udayana. Pembagian tugasnya dilakukan dalam dua tahap, yakni riset UI, ITB dan UGM pada Agustus sampai Oktober dan sisanya dilakukan ITS, UNS dan Universitas Udayana sampai Januari 2019. 

Kendaraan listrik yang digunakan dalam studi adalah jenis hybrid dan plug in hybrid. Keduanya dibandingkan dengan mobil konvensional. "Dari hasil riset, dapat dilihat perbandingan komprehensif antara dua tipe mobil listrik dengan konvensional, terutama dari segi penghematan bahan bakar," tutur Harjanto. 

Baca juga, Perpres Mobil Listrik Nasional Rampung Tahun Ini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement