Sabtu 03 Nov 2018 19:56 WIB

Kemenhub akan Tambah Jalur Penerbangan di Selatan Jawa

Penerbangan jalur Selatan Jawa lebih banyak digunakan militer dibandingkan komersil

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Sugihardjo (berkacamata tebgah) meninjau proses pembangunan fisik Terminal Penumpang Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Kamis (22/3).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Sugihardjo (berkacamata tebgah) meninjau proses pembangunan fisik Terminal Penumpang Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Kamis (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, Kemenhub Rencanakan Penambahan Jumlah Jalur Penerbangan Selatan Jawa

LEMBANG -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) saat ini tengah merencanakan penambahan jalur penerbangan di bagian selatan Jawa. Terlebih, saat ini Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati sudah beroperasi sejak Mei 2018. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang) Kemenhub Sugihardjo mengatakan selama ini belum seimbang pembangunan koneksi di bagian selatan Jawa. "Jumlah penerbangan di Jawa bagian selatan ini terutama, selama ini masih minim dibandingkan bagian utara Jawa," kata Sugihardjo dalam acara Lokakarya Forum Wartawan Perhubungan di Lembang, Sabtu (3/11). 

Dia menjelaskan, secara umum penerbangan jalur utara  sudah padat dibandingkan selatan Jawa. Menurut Sugihardjo, bagian selatan Jawa masih terbilang lebih lowong karena hanya untuk zona militer sehingga saat terbatas untuk penerbangan komersil.

Sugiharjo memastikan saat ini Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi sudah melakukan pembicaraan dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. "Ini terkait izin lalu lintas penerbangan di Jawa bagian Selatan," tutur Sugihardjo. 

Sebagai langkah untuk merealisasikan hal tersebut, kata di, beberapa bandara juga dibangun di kota-kota yang ada di sepanjang Jawa bagian Selatan. Beberapa kota sudah dibangun dan tengah dikembangkan bandara seperti di Tasikmalaya, Yogyakarta, Solo, Madiun, Malang, Jember, dan Banyuwangi. 

Sementara itu, Kepala Sub Divisi Pengendalian Operasi Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Airnav Indonesia Ida Yuniarti mengatakan ada beberapa kendala selain persoalan jalur penerbangan militer.  "Jalur Jawa bagian Selatan masih belum banyak digunakan karema memanb tidak efisien dilihat dari waktu," tutur Ida. 

Oleh karena itu, menurut Ida jalur penerbangan Jawa bagian utara masih sangat diminati. Sebeb, menurut Ida, jalur tersebut memiliki waktu tempuh lebih cepat, hemat bahan bakar, dan berimbas pada lebih kompetitifnya tarif yang ditawarkan oleh maskapai.

"Karena memang mungkin dirasa lebih jauh jaraknya. Kalaupun ada perbedaan tidak signifikan. Akhirnya masih lewat jalur utara," ungkap Ida. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement