Selasa 30 Oct 2018 12:18 WIB

Lion Air JT610, Kecelakaan Pesawat Terburuk di Indonesia

Tragedi ini menimbulkan pertanyaan tentang keamanan sistem penerbangan Indonesia

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Posko evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di Tanjung Pakis, Pakis Jaya, Karawang.
Foto: Republika TV/Fakhtar Khairon Lubis
Posko evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di Tanjung Pakis, Pakis Jaya, Karawang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat penumpang Lion Air JT610 jatuh di perairan Karawang pada Senin (29/10). JT610 jatuh 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, menunju Pangkal Pinang.

Terdapat 189 orang yang berada di Boeing 737 Max 8 tersebut. Ini membuat JT610 menjadi tragedi kecelakaan pesawat terburuk di Indonesia dalam dua dekade terakhir atau sejak 1997.

Baca Juga

Dilansir Bloomberg, Selasa (30/10), tragedi ini menimbulkan pertanyaan tentang  keamanan sistem penerbangan Indonesia. Selama bertahun-tahun perusahaan penerbangan Indonesia  dinilai terlalu berbahaya untuk terbang di atas Eropa.

Kecelakaan itu, berpotensi menjadi kecelakaan terburuk di dunia dalam tiga tahun terakhir. Ini juga mengancam upaya perbaikan yang sedang dilakukan Indonesia hanya empat bulan setelah Uni Eropa mencabut larangan terbang dan mengakui bahwa perbaikan keselamatan telah dilakukan.

"Masih ada masalah keamanan di Indonesia meskipun Uni Eropa mencabut larangan tersebut. Indonesia tidak dapat memperbaiki masalah ini sendiri. Dengan peningkatan penumpang dan pesawat, Indonesia perlu bantuan," kata Shukor Yusof, pendiri perusahaan konsultan penerbangan Endau Analytics di Malaysia.

Juru bicara Komisi Eropa Enrico Brivio mengatakan kepada wartawan di Brussels pada Senin bahwa Komisi Eropa menilai tidak ada indikasi bahwa tingkat keselamatan Lion Air atau pengawasan keselamatan di Indonesia secara keseluruhan telah memburuk. Keputusan untuk menghapus operator Indonesia dari daftar terlarang dilakukan pada  2016 atas dasar analisis ahli.

Menurut CAPA Center for Aviation, pasar penerbangan domestik Indonesia telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki pasar penerbangan terbesar kelima di dunia.

Lalu lintas penerbangan lokal lebih dari tiga kali lipat antara 2005 dan 2017 atau sebanyak 97 juta orang. Perusahaan penerbangan di Indonesia didominasi oleh maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air Group.

Berdasarkan database Jaringan Keselamatan Penerbangan yang dikelola oleh Yayasan Keselamatan Penerbangan, Lion Air adalah salah satu maskapai Indonesia yang dilarang oleh UE dari 2007 hingga 2016.

Setelah kecelakaan Senin kemaren, pemerintah Australia melarang pejabat dan kontraktornya terbang bersama Lion Air hingga pemberitahuan lebih lanjut. Keputusan lanjutan akan ditinjau saat hasil penyelidikan telah diketahui.

Masakapi Lion dimiliki oleh PT Lion Mentari Airlines. Lion merupakan salah satu pelanggan Boeing terbesar di Asia. Pada 2012, perusahaan ini memesan 201 jet 737 Max baru dan 29 unit Boeing 737-900. Kesepakatan ini bernilai 22,4 miliar dolar AS.

Lion Air telah mengalami beberapa kerugian lambung, istilah industri untuk pesawat yang rusak dan diperbaiki. Yang terbaru adalah pada  2013, ketika Boeing 737-800 yang baru digunakan dua bulan mendarat darurat di laut Bali . Tidak ada korban dalam insiden ini.

Kecelakaan besar terakhir di Indonesia adalah pada Desember 2014 ketika sebuah pesawat Airbus A320 AirAsia jatuh ke laut saat berangkat dari Surabaya menuju Singapura dengan 162 orang di dalamnya.

Kecelakaan JT610 ini menjadi yang terburuk sejak 1997, saat itu sebuah pesawat Garuda jatuh di sebuah jurang berhutan, menewaskan 234 orang di dalamnya

Lion Air, yang mulai beroperasi pada  2000, melayani 183 rute lokal dan juga  beberapa pasar luar negeri. Seperti Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Cina. Unitnya Malindo Air adalah yang pertama di dunia yang menempatkan pesawat 737 Max ke dalam layanan.

Menurut Komite Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia, pesawat Lion Air JT610 memilik waktu terbang 800 jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement